GORONTALO, KOMPAS.com – Tidak ada suara di kedai ini meskipun sejumlah orang mengisi tempat duduk yang disediakan.
Hanya gerak tangan dan ekspresi yang terlihat membedakan dengan tempat makan lainnya.
Kedai ini di tepi jalan, tepatnya berada di trotoar yang baru dibangun Pemerintah Kota Gorontalo.
Tidak luas, namun bisa ditempati gerobak penjual dan deretan meja kursi bagi pelanggan yang menyantap makanan di sini.
Baca juga: Pemprov Gorontalo Usulkan 100 Formasi PPPK pada 2024, untuk Posisi Apa Saja?
Di belakang gerobak, kanal tua yang masih tersisa mengalirkan air dari Bendung Tapa, Kabupaten Bone Bolango.
Yuni, seorang ibu rumah tangga berusia 29 tahun mempersilakan duduk sepasang tamu dengan bahasa isyarat, temaram lampu tak dapat menyembunyikan wajahnya yang berseri.
Ia senang ada tamu yang menyinggahi kedainya, ia mempersilakan tamunya untuk melihat menu yang tercetak di depan gerobak jualannya.
Tamu itu mengangkat tangan dan menunjuk pada tulisan dan gambar seporsi ubi goreng dengan dabu-dabu (sambal) roa. Yuni dengan segera mengerti dan langsung ke balik gerobaknya untuk memasak pesan pelanggannya.
Tidak berapa lama ia muncul, dengan bahasa isyarat yang mudah dipahami, ia katakan pesannya mau dibawa pulang atau dimakan di sini. Setelah ia tahu ubi goreng sambal roa dimakan di sini, senyum manis kembali tersungging di bibirnya.
Yuni adalah seorang ibu dengan disabilitas tuli, dan tentu juga bisu.
Ia bersama teman-temannya yang mengalami disabilitas yang sama menempati trotoar untuk berjualan. Ada 8 orang yang mengelola 4 gerobak makanan, setiap gerobaknya dikelola oleh 2 orang.
Yuni bersama Rolan, pria yang memiliki 1 anak berumur 7 bulan.
Baca juga: Diduga Menambang Emas di Gorontalo, 4 WNA Sri Lanka Dideportasi
“Ada 8 orang yang berjualan di sini, bagitu kira-kira bahasa isyarat yang diungkapkan Yuni,” kata Rahma Nur Amalia, seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Selasa (19/3/2024).
Rahma memahami bahasa isyarat, dari Rahma inilah komunikasi dengan para penjual di kedai ini bisa terjalin.