Salin Artikel

Cerita Kedai Tuli yang Dikelola Para Penyandang Disabilitas Tunarungu di Gorontalo...

Hanya gerak tangan dan ekspresi yang terlihat membedakan dengan tempat makan lainnya.

Kedai ini di tepi jalan, tepatnya berada di trotoar yang baru dibangun Pemerintah Kota Gorontalo.

Tidak luas, namun bisa ditempati gerobak penjual dan deretan meja kursi bagi pelanggan yang menyantap makanan di sini.

Di belakang gerobak, kanal tua yang masih tersisa mengalirkan air dari Bendung Tapa, Kabupaten Bone Bolango.

Yuni, seorang ibu rumah tangga berusia 29 tahun mempersilakan duduk sepasang tamu dengan bahasa isyarat, temaram lampu tak dapat menyembunyikan wajahnya yang berseri.

Ia senang ada tamu yang menyinggahi kedainya, ia mempersilakan tamunya untuk melihat menu yang tercetak di depan gerobak jualannya.

Tamu itu mengangkat tangan dan menunjuk pada tulisan dan gambar seporsi ubi goreng dengan dabu-dabu (sambal) roa. Yuni dengan segera mengerti dan langsung ke balik gerobaknya untuk memasak pesan pelanggannya.

Tidak berapa lama ia muncul, dengan bahasa isyarat yang mudah dipahami, ia katakan pesannya mau dibawa pulang atau dimakan di sini. Setelah ia tahu ubi goreng sambal roa dimakan di sini, senyum manis kembali tersungging di bibirnya.

Yuni adalah seorang ibu dengan disabilitas tuli, dan tentu juga bisu.

Ia bersama teman-temannya yang mengalami disabilitas yang sama menempati trotoar untuk berjualan. Ada 8 orang yang mengelola 4 gerobak makanan, setiap gerobaknya dikelola oleh 2 orang.

Yuni bersama Rolan, pria yang memiliki 1 anak berumur 7 bulan.

“Ada 8 orang yang berjualan di sini, bagitu kira-kira bahasa isyarat yang diungkapkan Yuni,” kata Rahma Nur Amalia, seorang mahasiswa Jurusan Ilmu Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Selasa (19/3/2024).

Rahma memahami bahasa isyarat, dari Rahma inilah komunikasi dengan para penjual di kedai ini bisa terjalin.


Rahma menerjemahkan cerita yang dikisahkan Yuni, bahwa deretan gerobak makanan dan minuman ini dikelola oleh para penyandang tuli, di tepi jalan terdapat lampu yang membentuk tulisan Kedai Tuli.

Warga Kota Gorontalo yang datang ke sini bisa pesan makanan atau minuman dengan kemampuan bahasa isyarat yang dimilikinya.

Para penjual dengan senang hati akan memahami, tidak jarang komunikasi ini membutuhkan waktu yang agak lama agar keduanya mengerti maksud masing-masing.

Yuni mengaku, berjualan di sini tidak selalu ramai, apalagi sejak masuk bulan Ramadan ia membuka gerobak jualannya sore sebelum buka puasa.

Jika di luar Ramadan ia membuka kedai sejak pagi hingga malam.

“Sekarang penghasilan agak sedikit, tapi tidak apa-apa,” kata Yuni, dengan bahasa isyaratnya.

Hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang dinanti, di hari ini biasanya kedai tuli banyak yang menyinggahi, ini berarti banyak pendapatan bagi mereka.

Sementara hari lainnya tidak terlalu ramai, namun ia harus mampu bertahan menjalani kehidupan ini, ada yang harus diperjuangkan dalam kehidupan mereka.

Yuni mengaku, harus mampu mandiri untuk membesarkan anak perempuan yang berumur 2 tahun, anaknya tumbuh normal, sementara suaminya juga tuli.

Kondisi serupa juga di alami Rolan warga Limboto Kabupaten Gorontalo. Setiap sore hingga malam ia menggunakan gerobak yang sama dengan Yuni.

Di luar itu ia bekerja sebagai penjahit sol sepatu yang rutin mangkal di Pasar Sabtu Andalas.

“Hidup harus dijalani dan banyak bersyukur,” kata Rolan, dengan bahasa isyaratnya.

Bagi Rolan, ia sudah merasa bahagia dan bersyukur memiliki keluarga kecil, bayi lelakinya yang baru 7 bulan adalah permata hatinya. Setiap hari ia memeluk dan menimangnya.

Rasa bahagia terlihat bagaimana ia memeragakan menimang bayinya dengan kedua tangan yang seakan memeluk buah hati di dadanya. Ekspresinya sangat jelas, ia merasakan kebahagiaan sebagai ayah dan tentu juga sebagai suami.

“Semua disabilitas tuli memiliki pasangan yang sama tuli, namun anaknya normal. Dalam pengasuhan anaknya yang menyesuaikan dengan kondisi orangtuanya, peran orang lain yang normal juga sangat vital,” ujar Raden Sahi, Pembina Yayasan Putra Mandiri yang menaungi para disabilitas tuli ini.


Menurut Raden Sahi, sebenarnya ada 23 orang disabilitas tuli yang berjualan di tempat ini, namun tidak semua rutin setiap malanya.

Ia mengungkapkan rata-rata mereka berasal dari Kota Gorontalo. Ia membuka kedai tuli ini sebagai sarana percontohan untuk mendorong kemandirian binaannya.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Sagita Wartabone mengungkapkan, instansinya sangat peduli dengan kaum disabilitas.

Namun, ia menegaskan ada pembagian kewenangan yang salah satunya diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

“Semua kegiatan yayasan disabilitas di bawah koordiansi Dinas Sosial Provinsi Gorontalo maupun kabupaten/kota sesuai pembagian kewenangan, salah satunya ada di Permensos 9/2018 Pasal 7,” ujar Sagita Wartabone, Selasa.

Dalam Pasal 7 disebutkan jenis pelayanan dasar pada SPM bidang sosial di daerah provinsi terdiri atas rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas telantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar, dan tuna sosial di dalam panti sosial.

Yayasan Putra Mandiri yang membina disabilitas di luar panti kewenangan berada di Dinas Sosial Kota Gorontalo.

“Lebih banyak bantuan datang dari Kementerian Sosial, antara lain lewat balai di Manado dan Makassar yang memiliki multi layanan, contohnya seperti bantuan ekonomi yang di jalan Tondano dan berbagai bantuan sosial serta pelatihan. Yayasan sekarang lebih mudah mengakses bantuan dari Kementerian Sosial,” tutur Sagita Wartabone.

Sagita menyebut, istansinya juga dapat memfasilitasi kegiatan untuk penyandang disabilitas yang bekerja sama dengan dinas terkait.

Ia menyebut, pelatihan penyulaman karawo (sulam khas Gorontalo) untuk disabilitas di luar panti yang dibina oleh Yayasan Tunarungu Helen Wimberty.

https://regional.kompas.com/read/2024/03/19/092531378/cerita-kedai-tuli-yang-dikelola-para-penyandang-disabilitas-tunarungu-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke