SEMARANG, KOMPAS.com - Kelurahan Trimulyo di Kota Semarang, Jawa Tengah, telah empat hari terendam banjir sejak Kamis (14/3/2024) hingga Minggu (17/3/2024).
Seorang warga RT 001 RW 002, Vita (23) menceritakan dirinya dan sang ibu, Win (59), memilih bertahan di balkon jemuran dengan 19 kucing peliharaannya ketimbang mengungsi.
Padahal, banjir di Trimulyo menjadi yang paling parah dengan ketinggian mencapai dada orang dewasa.
Vita bahkan tak bisa menggunakan kamar mandi dan juga memasak dengan kompor karena keduanya tenggelam.
Baca juga: Percepat Penanganan Banjir, Pemkot Semarang Bersihkan Saluran dari Sampah
Selama empat hari itu pula Vita mengaku harus bertahan dengan mengonsumsi mi instan yang dimakan mentah lataran kompornya terendam genangan banjir.
"Makan sehari-hari seadanya, biasanya mi. Kemarin pas hari apa itu enggak bisa masak karena tinggi banget kan kompornya tenggelam, jadi cuma makan mi dikremes," ujar Vita, saat ditemui Kompas.com, di depan gang rumahnya, Minggu (17/3/2024) sore.
Banjir bukan hal baru yang dialami dalam hidupnya. Namun, tetap saja kedatangan banjir yang tak pernah diprediksi menyisakan trauma bagi Vita dan keluarganya.
Dia masih teringat banjir yang melanda kampungnya pada 2020, 2023, dan 2024 ini.
"Sudah biasa banjir, tapi tetep saja panik, cemas, enggak bisa tidur kebayang-bayang banjir. Saya kira apa yang trauma kaya gini saya doang, apa saya yang berlebihan, ternyata tetangga-tetangga juga sama bilang gini juga," tutur Win.
Vita menceritakan banjir memasuki rumahnya saat ibunya menyiapkan sahur pada Kamis (14/3/2024) sekitar pukul 03.30 WIB.
"Pas hujan tidur, terus dibangunin ibu karena airnya sudah mulai masuk. 'Cepat-cepat ini airnya sudah masuk rumah'. Langsung ditata dulu, itu pas mau masak sahur, malah kebanjiran," keluh Vita.
Akhirnya waktu sahur Win dan keluarga tersita untuk membereskan barang berharga dari serbuan banjir.
"Paling tinggi hampir seperutku di dalam rumah, kalau di luar sedada kali ya. Rumah belum ditinggiin. Ini lebih parah dari tahun lalu. Ini agak lama ini surutnya," ungkap dia.
Kendati kondisi banjir saat itu semakin parah, Vita dan ibunya menolak untuk mengungsi karena tidak tega meninggalkan 19 kucing peliharaannya.
Selama empat hari terjebak banjir, Vita dan ibunya memilih tidur dan menjalani aktivitas di balkon jemuran lantai atas bersama kucing-kucingnya.