Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Kapal dari Luar, Nelayan Manokwari Demo dan Ancam Bakar Gedung Dishub

Kompas.com - 13/11/2023, 17:17 WIB
Mohamad Adlu Raharusun,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MANOKWARI, KOMPAS com - Ratusan warga nelayan berunjuk rasa di kantor Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Manokwari, Papua Barat, dan meneriakkan bakar gedung tersebut lantaran kepalanya lama menjumpai mereka, Senin (13/11/2023).

"Kami minta kepala dinas (Dishub Manokwari) keluar menemui kami, atau tidak kami bakar dan palang kantor," seru Haris, seorang warga nelayan asal Borobudur, Manokwari.

Salah satu staf Dishub menginformasikan bahwa atasannya dalam perjalanan menuju kantor untuk menemui para nelayan. Selang beberapa menit, Kepala Dishub Kelautan dan Perikanan Yohanes Mandacan hadir menemui massa di pintu utama kantor tersebut.

Baca juga: Nelayan di Maluku Tengah Hilang Saat Melaut, Diduga Jatuh Saat Singgah di Rumpon

"Aspirasi Bapak-bapak akan kami sampaikan kepada pimpinan, selanjutnya nanti surati pemerintah pusat," kata Yohanes Mandacan.

Namun massa nelayan ini tidak puas dengan jawaban Yohanes. Mereka berteriak sampai kapan harus menunggu. Sebab, selama ini mata pencaharian mereka diganggu oleh kapal nelayan berukuran 30 GT dari luar.

Salah satu orator, Jalil Lambare, menyerukan agar massa tenang dan meminta tidak melakukan tindakan anarkistis.

"Saya harap semua tenang kita ke sini untuk tujuan penyampaian aspirasi. Kita harus dengar penjelasan dari Dinas," kata Jalil.

Nelayan di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, selama beberapa bulan terakhir mengalami kesulitan mencari ikan di wilayah mereka sendiri karena kehadiran sejumlah kapal dengan kapasitas 30 GT yang beroperasi dengan menggunakan jaring diduga pukat harimau.

"Kapal-kapal nelayan itu berada di 12 mil lepas pantai Manokwari, mereka membuang jaring di dekat rumpon-rumpon nelayan sehingga ikan-ikan kecil terbawa oleh jaring mereka selama ini, diduga mereka pakai jaring pukat harimau," kata Frans, salah satu nelayan.

Dia mengatakan sebagai nelayan orang asli Papua, ia merasa terganggu dengan kehadiran kapal dari luar karena menyebabkan hasil tangkapan mereka berkurang.

"Kapal nelayan ini kan masuk dengan alasan mendapat izin dari pemerintah, saat kita demo di pemerintah mereka beralasan bahwa izin dikeluarkan dari pemerintah pusat," kata Frans.

Kordinator aksi, Ronald Mambieuw, meminta pemerintah agar tidak bersikap diam terhadap persoalan yang dihadapi nelayan. Sebab, menurut dia, berdasarkan data yang diperolehnya, para nelayan dari luar mengantongi izin di daerah lain tetapi masuk mencari ikan di perairan Manokwari.

Baca juga: Terjatuh Saat Melaut, Nelayan di Buleleng Ditemukan Tewas Mengambang

"Pemerintah harus bersikap tegas sebab nelayan kita ini punya penghasilan menurun bahkan hanya sekadar beli BBM tidak bisa, padahal nelayan luar mendapat izin dari daerah lain dan bayar pajak di daerah lain tetapi mencari ikan dengan kapal berkapasitas 30 GT di perairan Manokwari," kata Ronald.

Setelah menyampaikan aspirainya, massa nelayan kemudian membubarkan diri. Mereka mengancam akan memblokade gudang milik perusahan yang memasukan kapal-kapal dari luar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maju Calon Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot Resmi Daftar di Partai Nasdem

Maju Calon Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot Resmi Daftar di Partai Nasdem

Regional
Nelayan yang Hilang di Perairan Nusakambangan Ditemukan Tewas

Nelayan yang Hilang di Perairan Nusakambangan Ditemukan Tewas

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Pelni Hentikan Pelayaran Rute Bintan-Natuna Selama Sekitar 20 Hari

Pelni Hentikan Pelayaran Rute Bintan-Natuna Selama Sekitar 20 Hari

Regional
Tergiur Upah Rp 3 Juta, Tukang Nasi Goreng Jadi Kurir Narkoba

Tergiur Upah Rp 3 Juta, Tukang Nasi Goreng Jadi Kurir Narkoba

Regional
Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Pria Bacok Tetangga di Banyuwangi, Ngamuk Halaman Gudang Jadi Lokasi Parkir Tahlilan

Regional
Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Jokowi Makan Malam di Kampung Melayu Lombok, Pesan Nasi Goreng Istimewa

Regional
Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Ada Sengketa, KPU Tunda Penetapan 5 Caleg Terpilih di Sumbar

Regional
Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Imbas Letusan Gunung Ruang, 1.324 Warga Dievakuasi Keluar dari Pulau Tagulandang

Regional
Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Pencarian Dihentikan, 2 Penambang Tertimbun Galian Batu Bara Dinyatakan Hilang

Regional
Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Gunung Ruang Keluarkan Asap Setinggi 600 Meter

Regional
Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

Regional
14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

14 Mobil Damkar Berjibaku Bersihkan Bandara Sam Ratulangi dari Debu Gunung Ruang

Regional
TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

TKA di Kepri Wajib Bayar Restribusi 100 Dolar AS Tiap Bulan

Regional
Aksi 'May Day' di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Aksi "May Day" di Semarang Ricuh, Polisi Semprotkan Water Canon Saat Gerbang Didobrak Massa

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com