LAMPUNG, KOMPAS.com - Membaiknya kondisi Jalan Raya Rumbia disambut sorak gembira para pedagang es cendol dawet yang menggunakan sepeda motor.
Sebelum diperbaiki, perjalanan menuju Pasar Rumbia penuh "perjuangan" dan "air mata" lantaran lubang menjadi potensi bencana.
Baca juga: Bakal Dicek Jokowi, Jalan Roro Jongrang Lampung yang Berlubang Kini Dibeton Tebal
Purnomo (37), pedagang es cendol di Pasar Rumbia, mengaku menempuh sekitar 4-5 kilometer dari rumahnya di Desa Rekso Binangun ke Pasar Rumbia.
Jarak sejauh itu ditempuh oleh Purnomo sekitar 30-45 menit menggunakan sepeda motor.
"Ya harus hati-hati, Mas. Kita kan bawa muatan agak berat, banyak lubang, kalau jatuh ya rugi dagangan tumpah," kata Purnomo saat ditemui, Jumat (27/10/2023).
Pun begitu dengan persiapan sebelum berdagang, setelah disibukkan menyiapkan bahan sebelum ke pasar, Purnomo juga harus mengejar waktu.
"Kalau kesiangan ya nggak kebagian tempat, tapi mau ngebut juga takut jalannya rusak parah," katanya.
Setelah jalan itu diperbaiki dan dibeton tebal, Purnomo mengaku perjalanannya lebih ringan dan bisa "ngebut" ke pasar.
"Sekarang, alhamdulillah sudah bagus, Mas. Bisa agak kencang dikit bawa motornya," katanya.
Baca juga: Ketika Warga Rumbia Rogoh Kocek Sendiri Beli Puing Tutupi Lubang Jalan...
Pedagang lain bernama Dian (33) juga mengaku sekarang ini tidak perlu khawatir jatuh saat melakukan perjalanan menuju pasar.
"Alhamdulillah, Mas, sudah bagus. Dulu mah, wah parah rusaknya, bawa ini ya ngeri," katanya menunjuk motor dengan etalasenya.
Dian berharap perbaikan bisa secepatnya dilakukan pemerintah, khususnya di beberapa titik yang belum diperbaiki.
"Penginnya semua jalan di sini diperbaiki, jadi enak mau ke mana-mana," katanya.
Pada Mei lalu diberitakan, sejumlah warga di ruas jalan Simpang Randu-Rumbia, Lampung, rela merogoh kocek sendiri untuk menutupi lubang jalan.
Warga terpaksa secara swadaya menimbun jalan rusak itu supaya tidak terjadi kecelakaan yang berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Kerusakan jalan ruas Simpang Randu-Rumbia telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Warga setempat pun menganggap sudah seperti anak tiri bagi pemerintah setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.