Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Undip Nilai PDI-P Sengaja Gantungkan Status Kader Gibran sebagai Tiket Masuk Pemerintahan jika Ganjar Kalah

Kompas.com - 27/10/2023, 09:49 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip) Wahid Abdulrahman menilai, PDI-P sengaja menggantungkan status kadernya, Gibran Rakabuming Raka yang saat ini mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres di Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Pasalnya, status Gibran yang masih dianggap kader PDI-P itu nantinya bisa menjadi tiket masuk PDI-P ke kursi pemerintahan, bila skenario terburuk terjadi, yakni Ganjar-Mahfud kalah.

"Hal ini lah yang kemudian dijaga dengan mengambil jalan tengah. Ya Mas Gibran dalam tanda kutip 'diambangkan' ketika nanti yang jadi pemenangnya Pak Prabowo, PDI-P masih punya jalan untuk masuk menjadi bagian dari kekuasaan," tutur Wahid melalui sambungan telepon, Jumat (27/10/2023).

Baca juga: Pengamat Undip Anggap Ucapan Prabowo yang Wajarkan Dinasti Politik demi Selamatkan Gibran dari Isu Negatif

Wahid menilai, sebagai partai yang sering disebut terbesar oleh berbagai lembaga survei, PDI-P sangat berhati-hati mengambil sikap terhadap kadernya yang merupakan putra sulung Presiden Jokowi.

Dengan peluang kemenangan yang terbilang cukup tinggi, PDI-P khawatir bila hasil pilpres 2024 nanti bakal terpengaruh oleh isu Gibran bila mereka salah menentukan langkah tegas bagi Wali Kota Solo itu.

"Artinya jika PDI-P menang, ketua DPR RI akan dipegang oleh PDI-P. Sehingga posisi PDI-P akan semakin besar daya tawarnya. Itu yang pertama," lanjutnya.

Kemudian, PDI-P merasakan 10 tahun di luar pemerintahan pada 2004-2014. Lalu 10 tahun berikutnya di dalam pemerintahan itu dirasa lebih menguntungkan.

Kendati demikian, di saat bersamaan, Wahid menilai Prabowo dan Gibran membutuhkan PDI-P untuk memenangkan dirinya. Terlebih mengingat PDI-P memiliki elektabilitas yang menjanjikan.

"Pak Prabowo dan Mas Gibran juga butuh PDI-P, kenapa? karena partai pemenang, pasti dalam kontelasi pemerintahan akan sangat sulit ketika ketua DPR-nya dipegang partai di luar pemerintah. Konsolidasi program akan sangat sulit," bebernya.

Baca juga: Soal Gibran Cawapres Prabowo, PDI-P Yakin Relawan Loyal Dukung Ganjar-Mahfud

Kondisi kedua pihak yang saling membutuhkan ini jelas berbeda perlakuan antara Gibran dengan kader lainnya seperti Budiman Sudjatmiko.

Menurut Wahid, PDI-P sebagai partai yang dikenal berdisiplin tinggi itu justru memilih membiarkan situasi ini terjadi demi membuat jaring pengaman untuk 2014-2029 nanti.

"Karena ada kemungkinan jika diambil sikap tegas, justru menguntungkan pasangan Prabowo-Gibran. Diberhentikan dengan tidak hormat itu kan menciptakan efek kurang positif. Jadi diambangkan saja," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, kondisi serupa pernah terjadi pada Pemilu 2004 saat Wiranto diusung Partai Golkar sebagai capres.

Tapi di sini lain Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla menjadi cawapres Susilo Bambang Yudhoyono di kubu yang berbeda. Sehingga saat SBY menang, Golkar tetap memiliki tiket ke pemerintahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Pembuang Bayi di Semarang Tinggalkan Surat di Ember Laundry, Diduga Kenali Saksi

Regional
Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Pencuri Kain Tenun Adat di NTT Ditembak Polisi Usai 3 Bulan Buron

Regional
Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Duel Maut 2 Residivis di Temanggung, Korban Tewas Kena Tusuk

Regional
Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Tungku Peleburan di Pabrik Logam Lampung Meledak, 3 Pekerja Alami Luka Bakar Serius

Regional
Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Pria Misterius Ditemukan Penuh Lumpur dan Tangan Terikat di Sungai Babon Semarang

Regional
Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Wali Kota Semarang Minta PPKL Bantu Jaga Kebersihan Kawasan Kuliner di Stadion Diponegoro

Regional
Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Korban Tewas Tertimpa Tembok Keliling di Purwokerto Bertambah, Total Jadi 2 Anak

Regional
Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Tingkatkan Pengelolaan Medsos OPD Berkualitas, Pemkab Blora Belajar ke Sumedang dan Pemprov Jabar

Regional
Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Ingin Tiru Aplikasi Sapawarga, Pemkab Blora Lakukan Kunjungan ke Pemprov Jabar

Regional
Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Cerita Jadi Jemaah Haji Termuda di Semarang, Halima Ngaku Sudah Nabung sejak TK

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Mantan Bos PSIS dan Ketua Citarum Jogging Club Kompak Dukung Mbak Ita Maju di Pilwalkot Semarang 2024

Regional
Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Begini Kondisi Anak yang Diracuni Ibu Tiri di Rokan Hilir

Regional
Demi Curi Mobil, Sindikat Ini Beli GPS Rp 1,2 Juta Tiap Beraksi

Demi Curi Mobil, Sindikat Ini Beli GPS Rp 1,2 Juta Tiap Beraksi

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Kamis 9 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com