TEGAL, KOMPAS.com - Seorang siswi salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Kota Tegal, Jawa Tengah diduga menjadi korban perundungan atau bully oleh sejumlah temannya hingga guru kelas.
Siswi kelas VII itu awalnya dituduh mencuri uang iuran kegiatan siswa Rp 1.950.000 yang disimpan di tas bendahara.
Merasa tak mencuri namun mendapat tuduhan serius hingga terus dipojokkan, siswi itu trauma hingga akhirnya tidak mau berangkat sekolah.
Baca juga: Megawati Curhat Sering Di-bully Saat Pilih Ganjar Sebagai Capres
Orangtua siswi itu, Gunawan (50) menyebut, peristiwa itu terungkap setelah anaknya sempat menunjukkan perilaku aneh. Pernah seketika sepulang sekolah, tiba-tiba menjerit dan menangis seperti orang berontak.
"Saya kemudian tanya apa yang dialaminya. Anak saya menjawab, kalau mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari teman-teman sekelasnya hingga gurunya," kata Gunawan, kepada wartawan, Senin (16/10/2023).
Warga Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal ini mengungkapkan, kasus dugaan perundungan di sekolah yang dialami putrinya bermula saat sekolah akan mengadakan kegiatan outbond.
Kemudian, atas inisiatif para siswa, menggalang iuran untuk membeli jaket hingga terkumpul Rp 1.950.000 di tangan salah satu siswa yang menjadi bendahara.
"Sehingga terkumpul uang sebanyak Rp1.950.000. Namun, sekitar 1 Oktober 2023 kemarin uang tersebut hilang dan belum ditemukan sampai saat ini," kata Gunawan.
Baca juga: Anak Korban Pemerkosaan di Karawang Merupakan Korban Bully di Sekolah Sebelumnya
Gunawan menjelaskan, beberapa saat sebelum bendahara kehilangan uang itu, anaknya mengeluhkan sakit sehingga saat jam istirahat hanya berada di dalam kelas.
Saat anaknya tinggal di kelas itu, uang hasil iuran tersebut hilang. Namun bendahara baru melaporkan kehilangan pada malam harinya.
Ironisnya, kata Gunawan, kebanyakan teman-temannya menuduh anaknya mengambil uang itu. Pascakejadian itu, anaknya mendapatkan perundungan di sekolah.
"Bahkan, wali kelasnya seolah menekan anak saya untuk mengakui telah mengambil uang tersebut. Padahal dia tidak melakukannya," kata Gunawan.
Anaknya yang merasa lelah dan terus di bawah tekanan, akhirnya terpaksa mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya.
Pascakejadian itu, anaknya pun mengalami trauma yang mendalam.
"Anak saya saat ini trauma karena diduga menjadi korban perundungan di sekolah. Bahkan, melihat seragam sekolah saja dia menolak sambil berteriak keras," kata Gunawan.