SEMARANG, KOMPAS.com - Krisis air bersih di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) meluas. Saat ini ada ada empat RW yang kekurangan air bersih.
Lurah Jabungan, Sarwono (53) mengatakan, awalnya hanya RW 03 yang mengalami kekurangan air bersih. Namun, saat ini RW 04, RW 05 dan RW 01 juga ikut kekurangan air bersih.
"Yang urgent itu air bersih," jelasnya saat ditemui di RW 05 Jabungan, Senin (26/6/2023).
Baca juga: Kekeringan Sudah Melanda Semarang, Warga Harus Antre Setiap Hari untuk Mendapat Air Bersih di Masjid
Kekurangan air bersih di Kelurahan Jabungan sudah terjadi sejak satu bulan yang lalu. Menurutnya, kekurangan air bersih itu disebabkan karena musim kemarau yang terjadi di Kota Semarang.
"Sebenarnya untuk kebutuhan mencuci dan mandi masih bisa karena ada sumur yang belum terlalu kering. Namun air dari sumur kotor banyak kapurnya," ungkap Sarwono.
Untuk mengantisipasi kekurangan air bersih tersebut, dia sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Semarang untuk memberikan bantuan air bersih kepada warga Jabungan.
"Kita dapat iriman air bersih ini dari pemkot. Sebelumnya saya koordinasi dengan kecamatan dan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu," ujar dia.
Rata-rata Kelurahan Jabungan mengalami kekeringan selama enam bulan setiap tahunnya. Namun, untuk tahun ini dia belum bisa memastikan sampai kapan daerahnya kekurangan air bersih.
"Setiap tahun kami sudah terbiasa menghadapi kekeringan ini. Jadi kami hanya mengandalkan bantuan air bersih. Kita imbau warga agar berhemat air bersih," ucapnya.
Baca juga: Warga Jabungan Semarang Mulai Alami Kekeringan, BPBD Mulai Rutin Berikan Bantuan Air Bersih
Sementara itu, salah satu warga Jabungan RW 3, Sugirah (66) mengatakan, tempat tinggalnya sudah lama kekurangan air bersih. Hal itu membuatnya terpaksa ambil air dari masjid.
"Selain ambil dari masjid, kita juga mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah," jelasnya saat ditemui di Jabungan.
Dia menjelaskan, air yang ada di masjid berbeda dengan air yang bersumber dari sumur warga. Menurutnya, air dari masjid lebih bersih dan layak untuk dikonsumsi.
"Kalau dari sumur warga banyak kapurnya. Jadinya tak bisa dikonsumsi," ujar dia.
Hal yang sama dikatakan Usman Ali (64), warga Jabungan yang lain. Ketika kemarau air yang mengalir ke sumur milik warga menjadi kecil, berbeda saat musim penghujan.
Baca juga: Kekeringan di Sumbawa Meluas, 33 Desa Terdampak
"Di sini kalau musim kemarau kecil air yang mengalir. Kalau musim hujan besar," ungkap Usman.
Hal itu membuatnya terpaksa antre ambil air bersih ke masjid di dekat rumahnya setiap hari. Rutinitas seperti itu sudah dia lakukan sejak 40 tahun yang lalu.
"Kekeringan seperti ini sudah saya rasakan sejak 40 tahun lalu saat saya tinggal di sini. Jadi saya terbiasa ," imbuh dia.
Dia menjelaskan, mayoritas warga Jabungan ambil air dari sumur dan air bantuan dari pemerintah ketika pagi dan sore. Untuk mengambil air warga harus antre tak boleh sembarangan.
"Jadi galon-galon itu untuk antre. Di sini harus antre. Biasanya banyak ambil air ketika pagi sebelum kerja," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.