KOMPAS.com- Pariono, ayah kandung Mahira Dinabila (19), tak kuasa menahan duka melihat putrinya tewas mengenaskan.
Mahira, mahasiswi Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Sumatera Utara (USU), ditemukan tewas mengenaskan di dapur rumahnya di Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, Rabu (3/5/2023).
"Kejanggalan lainnya yang saya lihat yang seperti itu, muka anak saya tinggal tengkorak tapi badanya utuh, itu saya lihat di foto, waktu saya sampai di Rumah Sakit Bhayangkara, polisi juga memberi foto gembok (yang mengunci Mahira dari luar),'' ujar Pariono, saat ditemui wartawan di kediamannya di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Kamis (18/5/2023).
Baca juga: Kronologi Penemuan Mayat Mahasiswi USU di Dapur Rumah, Berawal dari Bau Busuk
Di sisi lain, Pariono juga meyakini Mahira tidak mungkin bunuh diri, Pariono mengenal Mahira sebagai pribadi yang baik. Sebab itu, dia meminta polisi segera mengungkap kasus ini.
"Cepatlah terungkap hasil autopsi ini, bahwasanya ini mati gak wajar, banyak kejanggalan-kejanggalan ini, (Mahira) anak baik, saya sedih sekali," ujar Pariono sambil menyeka air mata.
Selain itu, Pariono juga menyesalkan sikap ayah angkat Mahira yang berinisial M. Saat itu, Menurut Pariono, M tidak menyetujui polisi melakukan otopsi terhadap jasad Mahira.
"M datang sibuk nanyak ke saya, kok belum diselesaikan mayat ini? Kok belum dimandikan juga? Saya bilang, sabar. Dia lalu datang ke Rumah Sakit Bhayangkara, supaya menunjukkan bahwasanya itu anak (tidak perlu) di otopsi, saya kecewa sebetulnya. Apa daya, saya nggak mampu di sini saya minta keadilan tolonglah saya," ujar Pariono.
Pariono menjelaskan awal mula Mahira dirawat M terjadi 19 tahun lalu, M merupakan kakak kandung dari istri Pariono, bernama Nurabni. Pariono mengizinkan Mahira dirawat M dan istrinya YA, karena mereka tidak memiliki anak.
"Bapak angkat Mahira itu ipar saya, jadi istri saya ini adiknya M, judul ceritanya, mertua laki-laki saya memohon ke saya. 'Kasih lah anak mu itu, untuk 'memancing' kehadiran anak M dan YA, orang itu uda lama berkeluarga, nggak punya anak," ujar Pariono.
Karena istri Pariono menyetujuinya, maka sejak usia 4 bulan Mahira dirawan M dan YA.
Berjalannya waktu, M dan YA ternyata bercerai. Mahira lalu tinggal di rumah bersama YA. Pada tahun 2020 YA meninggal dunia dan Mahira menempati rumah di Komplek Rivera. Di tempat itu.
Menurut Pariono, kasus itu terungkap usai dirinya mendapat kabar Mahira tak masuk kuliah selama seminggu.
Hal itu dibenarkan oleh Oky Andriasyah, paman dan juga kuasa hukum keluarga Mahira.
"Istri saya dihubungi teman Mahira lewat DM (direct messange) Instagram, kok Mahira enggak masuk-masuk kampus. Karena Mahira tidak bisa dihubungi, Rabu (3/5/2023) sekira jam 10 malam, kami inisiatif ke rumahnya," ujar Oky kepada Kompas.com, Kamis (18/5/2023).
Sementara itu, pihak keluarga menyebut surat wasiat yang diduga dibuat Mahira adalah palsu. Menurut Oky, surat itu dipalsukan, tulisannya berbeda dengan tulisan asli Mahira.
"Dari surat wasiat itu, bukan Mahira yang punya, di surat ada tulisan bapakku. Sementara Mahira manggil bapaknya itu papa ke bapak angkatnya itu. Nah, dia (Mahira) juga gak pernah bilang dirinya aku, dia selalu menyebut dirinya dengan nama Ira," ujarnya.
Terpisah, Kapolsek Patumbak Kompol Faidir Chaniago mengatakan masih menyelidiki kasus ini.
"Sudah kita otopsi, sudah kita buat BAP (berita acara pemeriksaan) sudah kita kirim hasil otopsi lambung, cairan sudah di labfor kita menunggu hasil penyelidikannya," kata Faidir.
Namun, dia belum bisa memastikan kematian Mahira mengerah ke peristiwa pembunuhan atau bukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.