SIKKA, KOMPAS.com - Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajukan permohonan bantuan 1.000 dosis vaksin hewan penular rabies (HPR) ke Pemerintah Provinsi NTT.
Kepala Dinas Pertanian Sikka Yohanes Emil Satriawan mengatakan, permohonan ini menyusul adanya kasus gigitan anjing selama 2023 yang mencapai 12 kasus.
"Sampai April 2023 kasus gigitan ada 12 kasus. Dari hasil pemeriksaan laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar terhadap sampel otak anjing yang dikirim, enam diantaranya positif rabies," ujar Yohanes saat dihubungi, Rabu (25/4/2023).
Yohanes menyebut, kasus gigitan anjing menyebar di sejumlah kecamatan, seperti Alok Timur, Lela, Kangae, dan Mego. Para korban telah disuntik vaksin anti rabies (var) khusus manusia.
Baca juga: Anjing yang Gigit 3 Bocah di Dompu Positif Rabies
Ia mengatakan, Pemkab telah melakukan berbagai upaya pencegahan melalui komunikasi, informasi, edukasi kepada masyarakat.
Hanya kesulitannya, kata dia, adalah mengidentifikasi anjing yang berasal dari luar daerah. Apalagi berkaca dari banyak kasus, dominan yang positif rabies belum divaksinasi.
"Kalau dari 2018 kasus positif rabies ini capal 112 kasus, ini yang sangat kita sayangkan. Tetapi kita sudah ajukan vaksin ke provinsi semoga dalam waktu dekat bisa dikirim," pungkasnya.
Baca juga: Tiga Bocah di Dompu Digigit Anjing Liar Diduga Rabies
Sementara itu Sekretaris Komite Anti Rabies Flores Lembata Asep Purnama mengatakan, tingginya anjing yang tertular rabies di Kabupaten Sikka perlu segera mendapatkan solusi.
Jika tidak, korban meninggal akibat rabies yang saat ini menimpa anjing, pada gilirannya akan menimpa manusia.
Yang harus dilakukan, lanjut Asep, segera tingkatkan cakupan vaksinasi anjing (HPR), minimal di atas 70 persen.
Sayangnya, kata terang Asep, sejak pandemi Covid-19, cakupan imunisasi rabies untuk anjing di Flores Lembata sangat rendah. Sebab ketersediaan vaksin rabies terbatas.
Baca juga: Anjing Terpapar Rabies di Dompu Akan Dimusnahkan
Asep mengimbau, apabila digigit anjing segera dicuci dengan sabun dan air mengalir.
Selanjutnya datang ke pelayanan kesehatan, puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dan vaksin anti rabies.
"Sejak 1997 sudah lebih dari 300 saudara kita, warga Flores Lembata yang meninggal karena rabies. Dan sampai sekarang belum terbebas cari ancaman kematian sia-sia akibat virus rabies. Perlu berapa korban nyawa lagi agar kita menjadi lebih peduli," katanya.
Asep berharap, semua pihak selalu waspada dan bersama sama berjuang mengusir virus rabies
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.