Tim Kompas.com melakukan Tapak Tilas 208 Tahun Letusan Tambora untuk menelusuri jejak letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Nantikan persembahan tulisan berseri kami tentang dampak dahsyatnya letusan Tambora pada April 1815
SUMBAWA, KOMPAS.com - Udara dingin menembus kulit bukan pantangan bagi warga Desa Tepal, Kecamatan Batu Lanteh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk memulai aktivitas di pagi hari.
Meski masih tertutup kabut putih, warga sudah bersiap menuju ladang dan kebun kopi. Ada yang berjalan kaki sejauh puluhan kilometer dengan medan terjal dan berlumpur. Ada pula yang memilih mengendarai sepeda motor.
Desa yang disebut selamat saat letusan maha dahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815 ini berada di ketinggian 867 Mdpl. Saat menanti musim panen kopi, warga mengisi waktu dengan berladang agar dapur tetap mengepul.
Baca juga: Berkunjung ke Tepal, Desa yang Disebut-sebut Selamat Saat Letusan Tambora
Desa ini dihuni sekitar 507 KK dengan total 1877 jiwa tersebar di tiga Dusun Tepal, Riu dan Pusu.
Sambil bersiul, Sulhafat (28) mulai menyiapkan perlengkapan berburu. Ia yakin hari ini akan lebih baik dari kemarin.
"Rezeki itu Allah yang ngatur. Tugas kita berusaha menjemputnya," kata Sulhafat Selasa (11/4/2023).
Baca juga: Menikmati Air Terjun Oi Marai di Kaki Gunung Tambora...
Ia memanaskan motor sembari bersenandung. Matahari terbit sudah mulai menyapa di ufuk timur. Kali ini Sulhafat akan menuju kebun kopi milik sang sepupu, Haris (30).
"Misi utama kita hari ini berburu kopi luwak. Semoga beruntung," kata Sulhafat.
Ia begitu yakin akan mendapatkan peruntungan lebih baik.
Ia sudah menyusun rencana dengan sahabatnya, Sahrul (25) tadi malam. Ia yakin rencana tersebut matang dan tidak akan meleset.