CILACAP, KOMPAS.com - Vermis, demikian nama penjara pertama yang dibangun di Pulau Nusakambangan pada 1908 silam.
Nama tersebut diambil dari bahasa Belanda yang artinya hilang.
Sesuai dengan namanya, orang yang dijebloskan ke Vermis akan bernasib seperti layaknya orang hilang.
Baca juga: [HOAKS] Jokowi Putuskan Ferdy Sambo Dieksekusi Mati di Nusakambangan
Mereka menjalani hidup dalam keterasingan selama bertahun-tahun di dalam pulau terpencil.
Penjara ini dikelilingi hutan belantara yang banyak dihuni satwa liar. Di balik tembok penjara bagian belakang, terdapat pantai yang menghadap langsung ke Samudra Hindia.
Hanya suara debur ombak dan satwa liar yang menjadi pemecah sunyi di penjara ini pada malam hari.
Vermis kini tinggal cerita, namun bangunan peninggalan Belanda ini masih tetap berdiri kokoh.
Penjara ini masih tetap dioperasikan dengan nama Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Permisan yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Lapas tertua dibanding tujuh lapas lain di Pulau Nusakambangan ini sekarang menerapkan level medium security.
Kesan angker tak terlihat ketika masuk ke dalam lapas. Meski berisi ratusan napi "kelas berat", mereka beraktivitas seperti di lapas pada umumnya.
Para napi juga mengikuti berbagai macam pelatihan atau kegiatan, salah satunya membatik.
Seperti yang terlihat pada siang itu, puluhan napi berkumpul di sebuah ruangan yang cukup besar. Mereka saling berbagi tugas, ada yang membuat pola, mencanting, dan mewarnai.
Lembaran kain berukuran besar diletakkan pada beberapa meja untuk proses pewarnaan. Setiap lembar kain dikerjakan oleh enam hingga tujuh napi.
Di sisi yang lain, sejumlah napi dengan konsentrasi penuh melakukan proses pencantingan. Batik hasil karya napi di Lapas Permisan ini diberi nama Batik Nusakambangan.
Batik Nusakambangan memiliki ciri khas pada warna yang terlihat ngejreng. Jenisnya ada batik tulis dan batik cap.