Motifnya pun bervariasi, seperti bunga khas Nusakambangan, yaitu Wijayakusuma, pohon kelapa, dan suket teki.
"Sudah dua tahunan ikut membatik," ucap Yusfandi Marpau (50), salah satu warga binaan Lapas Permisan asal Sumatera Utara (Sumut) ini saat ditemui, Jumat (10/2/2023).
Membatik merupakan pengalaman baru baginya. Ia berharap, kemampuannya membatik dapat menjadi bekal ketika saat nanti kembali ke masyarakat.
Warga binaan lainnya, Robert Pratama (30) asal Palembang mengaku, tak terlalu sulit belajar membatik. Ia kini bertugas pada bagian pewarnaan kain.
"Awalnya belajar dari teman yang lebih dulu di sini. Saya mulai sejak setahunan yang lalu," kata Robert yang mendekam di Nusakambangan sejak 2015 ini.
Dari membatik, Robert juga mendapat penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Kaleidoskop 2022: Insiden Bom Bunuh Diri Bandung, Pelaku Mantan Napi Nusakambangan
"Bayarannya sistem premi per kelompok. Dihitung setiap lembar batik, nanti biasanya dibaginya sebulan sekali. Lumayan bisa buat jajan," ujar Robert.
Arwan (53), warga binaan asal Makassar mengatakan, setiap hari membatik dari pagi hingga menjelang sore.
"Mulai pagi, menjelang Dhuhur istirahat, lanjut lagi pukul 13.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Tapi beberapa hari ini lagi lembur terus, bisa sampai pukul 23.00 WIB karena lagi banyak pesanan," kata Arwan.
Sebagian besar pesanan batik Nusakambangan berasal dari instansi, baik di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) maupun instansi pemerintah lainnya.
Kepala Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Lapas Permisan, Kaslam Priyanto mengatakan, pembuatan batik di lapas tersebut dimulai pada 2018.
"Dulu awalnya ini kegiatan di Lapas Narkotika (salah satu lapas di Pulau Nusakambangan), mulai tahun 2018 dilanjutkan di sini," tutur Kaslam yang telah bertugas sejak 1990-an ini.
Baca juga: Bom Bunuh Diri Mapolsek Astanaanyar, Pelaku Eks Napiter Nusakambangan
Kaslam mengatakan, pembuatan batik melibatkan lebih dari 50 warga binaan. Meski demikian, jumlahnya bisa bertambah atau berkurang tergantung jumlah pesanan.
"Untuk batik tulis sebulan bisa produksi 10 sampai 15 lembar. Kalau untuk batik cap antara 50 sampai 100 lembar, tergantung jumlah pesanan," kata Kaslam.
Dalam beberapa hari terakhir, Kaslam menerapkan jam lembur. Pasalnya banyak pesanan batik yang harus diseleaikan dalam waktu dekat ini.