WAINGAPU, KOMPAS.com - Para penumpang terlihat mengantre dengan rapi di dekat dapur yang terletak di lantai tiga KM Awu pada Rabu (15/12/2021) sore.
Di dekat pintu dapur, terlihat sebuah mesin pemindai yang dijaga seorang petugas.
Para penumpang wajib memindai barcode yang terdapat di tiket mereka sebelum mengambil kotak makan. Setelah itu, penumpang mengambil perlengkapan makan seperti sendok dan tisu.
Mereka lalu berbaris untuk mengambil kotak makanan berisi nasi dan lauk, minuman, dan buah-buahan untuk pencuci mulut.
Baca juga: Pelayaran KM Awu, Pengabdian demi Konektivitas (1)
Para penumpang KM Awu, seperti kapal besar yang melayani pelayaran multiport lainnya milik PT Pelni, memberikan jatah makan sebanyak tiga kali sehari untuk penumpang.
Para penumpang KM Awu biasanya memang melewati perjalanan yang panjang. Dari pelabuhan pertama di Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Barat, hingga pelabuhan terakhir di Kabupaten Alor, NTT, KM Awu menghabiskan waktu berlayar hampir tujuh hari.
Untuk tiket kelas ekonomi yang paling mahal di KM Awu senilai Rp 576.000. Tiket itu untuk perjalanan dari Pelabuhan Kumai-Pelabuhan Kalabahi.
Maklum, rata-rata tim di dapur harus menyiapkan makanan bagi ratusan hingga seribu penumpang.
"KM Awu ini standar penumpang 1.000, plus dispensasi paling banyak jadi 1.200. Tapi jarang, sejak PPKM ini dibatasi," kata Sumarsono saat berbincang di KM Awu, Rabu malam.
Kotak makanan pagi bagi penumpang akan dibagikan pada pukul 06.00-07.30 waktu setempat. Sementara makan siang pada pukul 11.30-13.00 waktu setempat.
Untuk makan malam, kata Sumarsono, dibagikan pada pukul 17.30-19.00 waktu setempat.
Baca juga: Prarekonstruksi Pembunuhan Ibu dan Bayi di Kupang, Tersangka Disoraki Warga
Biasanya, Sumarsono mendapat informasi jumlah penumpang dari kepala cabang Pelni yang disinggahi kapal sekitar satu jam sebelum berangkat.
Informasi ini juga bisa diakses secara online, sehingga ia memiliki data untuk mengatur tim mempersiapkan makanan.
Menurutnya, aktivitas di dapur bisa dimulai sekitar empat jam sebelum kotak makanan dibagikan, tergantung jumlah penumpang.
"Kita fleksibel, kita lihat estimasi jumlah penumpang, kalau penumpang itu ramai atau peak season, itu kita mulai jam tiga pagi," kata Sumarsono.
Di dapur KM Awu, terdapat lima orang yang bertugas menyiapkan makanan bagi penumpang dan anak buah kapal (ABK).
Mereka terdiri dari empat koki dan satu perakit masakan.
Baca juga: Cerita Haru Korban Kapal Karam di Johor Bahru: Nekat Merantau Demi Biayai Sekolah Anak
Tim di dapur lalu berbagi tugas menyiapkan bahan makanan, mengeluarkan beras dari gudang penyimpanan hingga memasaknya. Aktivitas di dapur ditargetkan selesai pukul enam pagi.
"Kalau makan siang biasanya kita mulai setengah delapan, bergerak semua koki, makan malam kita mulai gerak setengah tiga sore sampai jam lima, itu sudah clear," kata Sumarsono.
Meski memasak untuk ratusan hingga ribuan penumpang, lima orang di dapur KM Awu tak pernah merasa kewalahan.
"Alhamdulillah sampai saat ini, kita enggak pernah keteteran, karena kita sudah terbiasa melayani penumpang 900-1.200 kapasitas maksimal," jelas dia.