Pada Kamis (16/12/2021) sekitar pukul 04.00 Wita, dentang peralatan masak dari besi terdengar dari lantai tiga kapal. Kesibukan mulai terlihat di dapur.
Sebanyak empat koki dan seorang perakit masak mulai mempersiapkan bahan dan memasak.
Salah satu koki terlihat memotong wortel, kol, dan beberapa sosis.
Koki lainnya terlihat mengupas sejumlah bawang dan bumbu dapur lainnya. Ada juga koki yang memindahkan nasi dari dandang ke tempat yang telah disiapkan.
Sementara itu, koki KM Awu, Angga Ari Wibowo terlihat sibuk menumis bumbu dan rempah. Ia memasukkan cabai giling yang telah disiapkan, tangannya kembali sibuk memainkan spatula di kuali berbentuk petak, bukan peralatan memasak yang biasa terlihat di dapur.
Angga menyebut, peralatan masak di dapur KM Awu, seperti kapal penumpang lainnya, memang berbeda dari dapur di daratan.
Baca juga: Sosialisasikan Pelayaran Aman dan Selamat, Pelni Bagikan 1.000 Life Jacket ke Nelayan NTT dan Papua
Rata-rata dapur di kapal menggunakan kompor listrik. Tempat menggoreng juga berbentuk kotak dan berukuran besar. Tempat penggorengan itu juga menggunakan listrik.
"Ini sudah standar dari Meyer (pabrikan kapal KM Awu)," kata dia.
Sebuah kompor listrik dengan delapan tungku terpasang di tengah dapur. Sementara, wastafel untuk mencuci bahan makanan dan peralatan terletak di pinggir.
Pada kompor listrik di tengah dapur itu, terletak beberapa periuk besar. Asap masih membumbung nasi di dalam dandang itu.
Angga masih sibuk dengan aktivitasnya, ia mengaku hendak memasak bihun goreng.
"Ini sudah enggak terlalu banyak masaknya," kata Angga.
KM Awu memang hampir tiba di Pelabuhan Tenau, Kupang. Sebagian besar penumpang turun di pelabuhan itu.
Berdasarkan catatan yang dimiliki Angga dan tim dapur, tersisa 150-an penumpang yang melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kalabahi, Alor, destinasi terakhir KM Awu.
"Ini sampai Kupang jam enam, berarti yang dapat makan pagi hanya yang ke Kalabahi, kecuali sampai di Kupang terlambat," kata Angga.
Tim di dapur memasak sesuai menu yang telah disiapkan selama seminggu ke depan. Menurut Angga, perakit masak sudah menentukan menu agar para penumpang tak menemukan menu yang sama dalam tujuh hari perjalanan KM Awu dari Kumai ke Kalabahi.
Menu-menu itu merupakan standar pelayanan di PT Pelni. Selain menu untuk dewasa, tim dapur KM Awu juga menyediakan menu untuk balita.
"Kita sediakan bubur nasi, kebetulan dari pihak Pelni sudah disiapkan tempat bubur," kata dia.
Menu bubur nasi disediakan sesuai dengan jumlah balita yang naik ke kapal. Jumlah itu didapat dari manifes penumpang.
Baca juga: Kapal Bermuatan BBM untuk PLN Asmat Hilang Kontak, Tim SAR Lakukan Pencarian di Jalur Pelayaran
Angga hanya tertawa saat ditanya apakah dirinya sudah hafal dengan menu-menu di KM Awu. Mau tidak mau, hal itu pasti terjadi karena sudah bertahun-tahun bertugas di dapur kapal.
Saat ditanya perasaannya memasak untuk ratusan hingga ribuan orang, Angga mengaku telah terbiasa.
Sebelum bertugas di KM Awu, Angga bertugas di kapal lain dengan kapasitas penumpang 2.000 orang.
"Kalau 2.000 kan penumpang kalau ada dispensasi bisa 2.200. itu lebih banyak lagi yang kita harus masak, ketimbang di kapal ini. akhirnya kita sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini," kata dia.