LAMPUNG, KOMPAS.com - Memilih jenis usahan dengan pasar tersegmentasi (segmented market) membuat Siti Nuraisyah (Ayis) harus jeli melihat tren di masyarakat.
Usaha UMKM dengan merek Ciprut Craft yang dijalani Ayis sejak 2012 lalu ini memang sangat tersegmentasi.
Setiap produk boneka plushie hanya dibuat satu untuk satu desain. Dan ini membuat plushie Ciprut Craft menjadi barang koleksi.
Namun, hantaman pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 lalu membuat penjualan produk boneka plushie Ciprut Craft menjadi tersendat.
"Ya harus putar otak, supaya usaha tetap jalan, tetapi tanpa menghilangkan trade mark Ciprut Craft," kata Ayis di workshop-nya, Jumat (5/3/2021).
Baca juga: Tips Memulai Bisnis dari Owner Ciprut Craft: Mulai Saja, Jangan Kebanyakan Mikir...
Tumpukan kain, mesin jahit dan sejumlah bahan baku yang sudah dibeli sebelumnya harus dimanfaatkan, agar uang tetap berputar.
Selain itu, imbauan pemerintah selama masa pandemi pun "mengusik" kekreatifan Ayis, khususnya penggunaan masker bagi anak-anak.
Ayis berkaca dari dua anaknya yang masih berusia dibawah 5 tahun.
"Kalau disuruh pakai masker, nggak pernah mau. Mungkin karena warna dan motifnya tidak menarik bagi mereka," kata Ayis.
Dengan memanfaatkan bahan baku yang sudah ada, Ayis pun berkreasi membuat masker. Motif dan coraknya tetap berpijak pada kekhasan Ciprut Craft.
Baca juga: Cerita Warga Kulon Progo Bertahan di Tengah Pandemi berkat Ternak Jangkrik
"Sambil belajar, produksi masker tiga layer. Ukurannya mulai dari anak-anak sampai orang dewasa," kata Ayis.
Untuk motif, Ayis menggunakan kain printing dengan desain yang dia gambar sendiri.
Menurut Ayis, sejak Maret 2020 hingga Maret 2021, lebih dari 10.000 helai masker telah terjual.
"Ada juga yang jadi souvenir buat pernikahan. Selain jual satuan, masker juga di-bundling dengan beberapa produk Ciprut Craft yang lain," kata Ayis.
Baca juga: Omzet Turun Separuh, Jasa Sewa Mainan Anak Masih Bertahan di Tengah Pandemi