WONOGIRI, KOMPAS.com-Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengaku sempat menjadi korban perundungan oleh warganya sendiri setelah membuat kebijakan menutup ruang publik, tempat wisata dan melarang hajatan semasa pandemi Covid-19.
Warga merundung Joko karena tidak terima kegiatannya dibatasi. Apalagi, pembatasan yang diterapkan di Wonogiri tidak diterapkan di daerah lain.
Namun, Joko tidak masalah harus jadi korban perundungan karena menutup ruang publik dan melarang hajatan.
Baca juga: Tren Penambahan Kasus Covid-19 di Wonogiri Turun Setelah Tempat Wisata Ditutup
“Saya di-bully (dirundung) apa pun, yang penting secara substansi dan esensi, kebijakan itu bisa kami pertanggungjawabkan. Kebijakan ini tidak ada tendensi bersifat pribadi atau kelompok,” ujar Jekek sapaan akrab Joko Sutopo, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/3/2021).
Bagi Jekek, bully itu tidak akan mengendorkan penerapan kebijakan tersebut karena langkah itu memiliki kepentingan yang lebih besar untuk masyarakat.
Dia juga sudah menyadari kebijakan itu akan menulai polemik di tengah masyarakat.
“Tidak ada masalah karena saya bicara kepentingan yang lebih besar. Jadi kebijakan kami tidak akan mungkin memuaskan semua pihak,” ungkap Jekek.
Menurut Jekek, kebijakan itu juga terbukti menjadikan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Wonogiri terendah di wilayah Solo Raya.
Baca juga: Begini Upaya Pemkab Wonogiri Bujuk Warga Lansia agar Mau Divaksin Covid-19
Jekek menambahkan kebijakan penutupan ruang publik, tempat wisata, dan larangan hajatan, merupakan ikhitiar atas kewenangan dimilikinya untuk memberikan perlindungan ke masyarakat.
Pasalnya ruang publik, tempat wisata, tempat hajatan menjadi ruang yang berpotensi terjadinya kerumunan dan penularan virus corona.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.