Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Lesu di Masa Pandemi, Usaha Nilam Kini Menjadi Solusi

Kompas.com - 12/11/2020, 19:29 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
Khairina

Tim Redaksi

Tojo Una Una, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat dunia pariwisata lesu. Tak ada kunjungan wisatawan asing ke Kepulauan Togean sejak ditutup enam bulan lalu.

Bahkan, sejak dibuka kembali pada 7 September 2020, kondisi pariwisata di Kepulauan Togean belum menunjukan geliat yang positif.

Menurut Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Sulawesi Tengah Abdul Haris Balano, penurunan kunjungan wisatawan asing ke Togean di masa pandemi turun hingga 95 persen.

"Penurunan kunjungan ke Togean  turun sekali tidak ada pendapatan.  Pemilik resort banyak yang menjerit. Dengan kondisi penurunan ini mereka kesulitan untuk membayar karyawannya," kata Haris.

Baca juga: Polisi Selidiki Dugaan Pidana Penyebab Bus Pariwisata yang Masuk Jurang

Kondisi ini mempengaruhi sektor pariwisata. Makanya, tidak heran jika saat ini banyak pelaku usaha, pemandu wisata dan masyarakat nelayan Tojo Una Una merambah usaha dengan menanam nilam.

Tanaman nilam (Progestemon cablin Bent) yaitu kelompok tanaman penghasil minyak atsiri. Selain dibuat untuk minyak wangi, tanaman nilam juga banyak dibuat untuk obat tradisional seperti mengobati bisul dan juga sakit kepala.

Harga jual minyak nilam di pasaran mencapai Rp 500 ribu-900 ribu per liternya. Harga yang bagus ini membuat kondisi yang serba sulit di masa pandemi, banyak orang yang akhirnya melirik usaha ini.

Salah satunya adalah Jafar M Amin, pemilik resort di kepulauan Togean. Menurutnya usaha ini baru dilakoninya di saat pandemi.

"Saya pemain baru di usaha tanaman nilam ini. Baru ada 20 ribu yang saya tanam," kata Jafar.

Baca juga: Bus Pariwisata Terjun ke Jurang Usai Ziarah ke Pamijahan, Puluhan Penumpang Jadi Korban

Menurutnya saat pariwisata sedang sepi, bisnis nilam menjadi solusinya.

Selain Jafar, ada juga petani nilam lain seperti Syamsir (37). Ia mengaku berbisnis nilam sudah sejak 2015 lalu.

Namun setelah pandemi, penjualan minyak nilam di pasaran harganya jauh lebih bagus jingga bisa mencapai 300 persen.

"Kalau saya bilang saat pandemI,  hasilnya malah lebih bagus dari tahun sebelumnya.  Kalau dulu harga tidak jelas, buyer banyak, kemudian donatur tidak jelas. Mulai Mei sampai sekarang hasil sangat luar biasa. Walau ada penurunan sedikit tapi tidak perpengaruh," kata Syamsir, dihubungi KOMPAS.com, Kamis (12/11/2020).

Menurutnya hampir semua masyarakat beralih menjadi pebisnis di komoditi tanaman nilam. Nelayan saja hampir 70 persen yang beralih menjadi petani nilam.

Di saat semua komoditi anjlok, satu-satunya  komoditi yang diandalkan saat ini adalah nilam. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com