Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Madiun Disebut Zalim dan Dihadang Keluarga Saat Akan Menjemput Santri Positif Corona

Kompas.com - 17/05/2020, 04:59 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Bupati Madiun Ahmad Dawami atau yang akrab disapa Kaji Mbing sempat mendapat kendala saat akan menjemput seorang warganya yang positif corona di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kamis (14/5/2020).

Ia terpaksa turun langsung ke lokasi lantaran upaya dari tim medis bersama pemerintah desa dan kecamatan sebelumnya gagal melakukan evakuasi.

Pihak keluarga pasien menolak dievakuasi ke rumah sakit oleh petugas meskipun anaknya yang merupakan seorang santri laki-laki dari Pondok Temboro Magetan itu telah dinyatakan positif corona.

Saat itu, dikatakan Kaji Mbing, orangtua pasien langsung menghadangnya saat hendak masuk ke rumah.

Baca juga: Tak Terima Menjadi Tontonan Saat Dijemput Petugas, Pasien Positif Corona Mengamuk dan Peluk Warga

Tidak hanya dihadang, orangtua pasien tersebut sempat membacakan doa dengan keras dan menudingnya telah menyakiti dan menzalimi keluarga mereka.

Alasan mereka menolak karena dianggap anaknya tidak mengalami gejala sakit yang mengarah ke corona.

“Kami pun sudah menjelaskan bahwa anaknya termasuk pasien yang positif, namun tidak memiliki gejala klinis Covid-19. Tetapi, mereka tetap bersikukuh anaknya dalam kondisi sehat dan tidak sakit,” ungkap Kaji Mbing.

“Justru mereka malah memiliki paham tersendiri yang katanya saya malah menyakiti, menzalimi. Tetapi, saya sampaikan yang namanya pemerintah pasti tidak akan menjerumuskan masyarakatnya,” ujar Kaji Mbing.

Setelah beradu argumen sekitar satu jam, kata Kaji Mbing, orangtua pasien tersebut akhirnya bersedia menyerahkan anaknya untuk dilakukan isolasi ke RSUD Dolopo Madiun.

Baca juga: Cerita Bupati Madiun, Dituduh Persulit Izin, tapi Malah Terima Penghargaan

Susah dilakukan evakuasi

Kaji Mbing mengatakan, di Kabupaten Madiun sendiri hingga saat ini terdapat dua klaster kasus positif corona. Yakni klaster pelatihan tenaga kesehatan haji di Sukolilo-Surabaya dan klaster Pondok Temboro, Magetan.

Selama ini pihaknya mengaku sering turun tangan untuk membantu melakukan evakuasi terhadap warganya yang dinyatakan positif corona.

Pasalnya, petugas medis merasa sering kwalahan saat akan melakukan evakuasi terhadap warganya yang dinyatakan positif corona.

Ia mengatakan, dari dua klaster tersebut, rata-rata pasien positif corona dari klaster Pondok Temboro yang dinilai susah dilakukan evakuasi ke rumah sakit.

“Di klaster terakhir (pondok pesantren Temboro) saya seringkali mendatangi langsung ke rumahnya. Karena keluarganya seringkali sulit dijelaskan meski sudah dikasih tahu anaknya positif Covid-19. Bahkan, beberapa keluarga pasien keluar rumah menghalangi petugas yang hendak membawa pasien. Untuk itu saya datangi sendiri,” kata Kaji Mbing.

Baca juga: Fakta Guru Diduga Hamili Siswi SMP, Terungkap dari Pesan WhatsApp yang Dibaca Istri Pelaku

Mengetahui seringnya mendapat penolakan itu, terkadang ia merasa prihatin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com