Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswa Bertahan di Kos, Puasa Seorang Diri, Kamar Disatroni Maling

Kompas.com - 13/05/2020, 15:28 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) di Indonesia, membuat pemerintah memutuskan belajar dari rumah.

Kebijakan ini diikuti dengan tutupnya perguruan tinggi. Mereka meliburkan mahasiswa dan menggantinya dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sebagian besar mahasiswa langsung mudik. Namun ada pula yang bertahan di kosan hingga sekarang, seperti Harisul Amal (21).

“Saya tidak pulang karena beranjak dari kesadaran diri untuk memutus rantai Covid-19,” ujar mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/5/2020).

Baca juga: Selama Pandemi, 530 Mahasiswa Unpad Jatinangor Bertahan di Kos

Pria yang akrab disapa Haris ini mengaku, langkah tersebut adalah yang terbaik. Sebab ia tidak tahu virus bisa menular dimana. Apakah di bus, bandara, pesawat, atau lainnya.

Apalagi, hingga kini prosedur di tanah kelahirannya, Aceh, belum jelas bagi pendatang dari zona merah.

Bahkan pemerintah Aceh pun memberi imbauan agar mahasiswa yang kuliah di luar Aceh tidak pulang sampai wabah ini selesai.

“Orangtua sempat khawatir. Mereka nyuruh pulang, tapi bagaimana lagi,” ungkap Haris.

Baca juga: Mahasiswa Unhas Tewas Terjatuh dari Menara Masjid Saat Cari Sinyal untuk Kirim Tugas Kuliah

Kekhawatiran orangtua terlihat dari pesan yang selalu disampaikan. Mereka kerap bertanya aktivitas Haris, apakah ada batuk atau demam. Mereka pun selalu meminta Haris menjaga kesehatan dan membeli buah-buahan.

Haris tidak sendiri. Dari hasil pendataannya sebagai Ketua Umum Ikatan Pemuda Aceh (Ikapa) Bandung, jumlah mahasiswa Aceh yang bertahan di Bandung mencapai 83 orang.

Mereka berasal dari berbagai kampus, di antaranya ITB, Telkom University, Unpad, UIN, dan sejumlah politeknik maupun STIE.

“Ketika ada imbauan dari pemerintah Aceh untuk tidak pulang serta penutupan bandara, saya mendata. Kemudian buat grup untuk berkomunikasi, saling menyemangati,” ungkap dia.

Baca juga: Kuliah Daring, Mahasiswa di Luwu Harus Panjat Pohon dan Naik Gunung

Jadi, bila ada apa-apa, akan lebih mudah. Sebab rata-rata mahasiswa Aceh ini sekarang tinggal sendiri di kosan. Termasuk dirinya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, ia menerima banyak bantuan. Seperti sembako dari kampus hingga ratusan kilo beras dari Quick Respons Jabar.

“Bantuan beras ini sudah kami bagi rata ke semua mahasiswa Aceh yang tidak pulang. Ada juga bansos uang tunai Rp 1 juta dari pemerintah Aceh, tapi belum cair hingga sekarang,” kata Haris.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com