Salin Artikel

Cerita Mahasiswa Bertahan di Kos, Puasa Seorang Diri, Kamar Disatroni Maling

Kebijakan ini diikuti dengan tutupnya perguruan tinggi. Mereka meliburkan mahasiswa dan menggantinya dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Sebagian besar mahasiswa langsung mudik. Namun ada pula yang bertahan di kosan hingga sekarang, seperti Harisul Amal (21).

“Saya tidak pulang karena beranjak dari kesadaran diri untuk memutus rantai Covid-19,” ujar mahasiswa Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/5/2020).

Pria yang akrab disapa Haris ini mengaku, langkah tersebut adalah yang terbaik. Sebab ia tidak tahu virus bisa menular dimana. Apakah di bus, bandara, pesawat, atau lainnya.

Apalagi, hingga kini prosedur di tanah kelahirannya, Aceh, belum jelas bagi pendatang dari zona merah.

Bahkan pemerintah Aceh pun memberi imbauan agar mahasiswa yang kuliah di luar Aceh tidak pulang sampai wabah ini selesai.

“Orangtua sempat khawatir. Mereka nyuruh pulang, tapi bagaimana lagi,” ungkap Haris.

Kekhawatiran orangtua terlihat dari pesan yang selalu disampaikan. Mereka kerap bertanya aktivitas Haris, apakah ada batuk atau demam. Mereka pun selalu meminta Haris menjaga kesehatan dan membeli buah-buahan.

Haris tidak sendiri. Dari hasil pendataannya sebagai Ketua Umum Ikatan Pemuda Aceh (Ikapa) Bandung, jumlah mahasiswa Aceh yang bertahan di Bandung mencapai 83 orang.

Mereka berasal dari berbagai kampus, di antaranya ITB, Telkom University, Unpad, UIN, dan sejumlah politeknik maupun STIE.

“Ketika ada imbauan dari pemerintah Aceh untuk tidak pulang serta penutupan bandara, saya mendata. Kemudian buat grup untuk berkomunikasi, saling menyemangati,” ungkap dia.

Jadi, bila ada apa-apa, akan lebih mudah. Sebab rata-rata mahasiswa Aceh ini sekarang tinggal sendiri di kosan. Termasuk dirinya.

Untuk kebutuhan sehari-hari, ia menerima banyak bantuan. Seperti sembako dari kampus hingga ratusan kilo beras dari Quick Respons Jabar.

“Bantuan beras ini sudah kami bagi rata ke semua mahasiswa Aceh yang tidak pulang. Ada juga bansos uang tunai Rp 1 juta dari pemerintah Aceh, tapi belum cair hingga sekarang,” kata Haris.


Puasa seorang diri

Meski tidak kekurangan, berdiam diri di kosan seorang diri bukan perkara yang mudah. Apalagi suasana puasa di Bandung dan Aceh berbeda.

Seperti saat sahur dan buka. Di Aceh, buka puasa ditandai dengan sirine bukan azan. Sejak kecil hingga sekarang, ia selalu menanti suara sirine tersebut.

Selain itu, masjid-masjid di Aceh selalu memperdengarkan lantunan ayat Al-Quran. Suara tersebut sahut menyahut sehingga suasana Ramadhan lebih ramai.

Sekarang, ia terjebak di kosan seorang diri. Sebab gang yang ia tinggali berisi kosan mahasiswa dan penghuninya sudah pada mudik.

“Sekarang tinggal saya sendiri. Keinginan untuk pulang sangat besar, tapi ini pilihan paling bijak yang bisa dilakukan. Nanti juga Lebaran saya seorang diri, jauh dari keluarga. Semoga saya kuat, ga nangis,” ucapnya sambil tertawa.

Untuk mengusir kejenuhan, biasanya ia membaca buku-buku baru, menulis blog, dan membuat podcast. Meski sendiri, ia berusaha untuk tetap produktif.

Resah kamar disatroni maling

Saat ini, sambung Haris, yang mengganggu pikirannya adalah tingkat kriminalitas yang mulai meningkat karena kosan kosong.

Kosannya pun pernah disatroni maling. Maling itu masuk ke kamar kosnya malam-malam dan mengambil gadgetnya.

Namun karena ketahuan, maling itu tak sempat mengambil gadget tersebut dan kabur.

“Takut sih, kalau ada apa-apa gimana. Nanti Lebaran juga gimana,” tutur Haris.

Hal lain yang membuatnya resah adalah bagaimana agar psikisnya tetap terjaga. Baik untuk dirinya, ataupun puluhan mahasiswa Aceh yang bertahan di Bandung.

Soalnya, beberapa temannya ada yang stres. Banyak yang ingin pulang namun tidak bisa karena bandara ditutup sementara.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/13/15282731/cerita-mahasiswa-bertahan-di-kos-puasa-seorang-diri-kamar-disatroni-maling

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke