Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

60 Ternak di Gunungkidul Mati Mendadak Sejak Desember 2019, 6 karena Antraks

Kompas.com - 28/01/2020, 20:48 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Sejak Desember 2019, sedikitnya ada 60 hewan ternak di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang mati mendadak.

Namun, hanya enam hewan yang dipastikan mati karena terjangkit penyakit dari bakteri antraks.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Gunungkidul Kelik Yuniantoro mengatakan, kebanyakan hewan mati mendadak akibat keracunan, kurang gizi, larva lalat, radang rahim, demam, kembung dan kurang susu.

"Sebagian besar mati karena keracunan, ada 16 ekor. Untuk yang positif antraks Sapi 2 ekor dan 3 ekor kambi di Ngrejek Wetan (Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, dan 1 sapi di Desa Pucanganom (Kecamatan Rongkop)," kata Kelik ditemui di kantornya Selasa (28/1/2020).

Baca juga: Penderita Antraks di Gunungkidul Capai 30 Orang

Kelik mengatakan, saat ini pemerintah sedang melakukan vaksinasi ternak yang ada di zona kuning antraks atau sekitar Desa Bedoyo.

Untuk zona merah di Dusun Ngrejek Wetan dan Kulon, sudah dilakukan vaksinasi. 

Selain itu, Pemkab Gunungkidul juga menyemprot lokasi penyembelihan hewan yang positif antraks dengan formalin.

Baca juga: Sejak Antraks Muncul, Pedagang Hanya Mampu Jual 2 Kg Daging per Hari

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul juga mulai mengkaji penutupan sementara pasar hewan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.

"Pasar hewan itu buka-nya hanya seminggu sekali. Tetap dilakukan penutupan saat buka. Nantinya untuk pembersihan dari bakteri antraks," kata Kelik.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul merilis ada 30 orang yang positif antraks.

Sebagian besar menunjukkan gejala terserang antraks di kulitnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com