YOGYAKARTA, KOMPAS.com-Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, berencana membeli ternak yang mati mendadak dengan mekanisme uang tali asih.
Selain untuk mencegah kerugian peternak, uang itu diharap juga mencegah tradisi brandu atau menyembelih hewan yang hampir mati dan dijual ke warga.
Bupati Gunungkidul Badingah tengah mengkaji untuk pemberian tali asih kepada warga yang ternaknya mati.
"Sekarang baru dirumuskan (mekanisme tali asih), nanti akan disampaikan," kata Badingah saat Jumpa Pers Pemkab Gunungkidul di Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kamis (16/1/2020).
Baca juga: Tak Rela Merugi, Alasan Warga Gunungkidul Makan Daging Sapi Positif Antraks
Badingah berharap, meski saat ini pemerintah belum memutuskan besaran tali asih, para petani untuk tidak menjual atau menyembelih hewan ternak yang mati.
"Jika menemukan ternak mati dilaporkan ke Dinas terkait, jangan sampai disembelih apalagi dijual," ucap Badingah.
Dia menyebut, beberapa hari terakhir banyak hewan ternak mati, namun hal itu belum tentu mati akibat antraks.
Musim pancaroba memang seringkali ditemukan hewan ternak mati karena perubahan cuaca, bisa karena keracunan makanan.
Baca juga: Antraks Menyebar di Gunungkidul, Warga Diminta Hindari Budaya Brandu
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Gunungkidul, Azman Latif mengatakan, dalam waktu dekat ini Pemerintah Kabupaten Gunungkidul akan segera menyusun Peraturan Bupati terkait dengan memberikan tali asih ternak milik warga yang mati.
Rumusan tersebut akan selesai dalam waktu dekat ini.
"Kita harapkan nantinya jika sudah ada ganti rugi ternak mati maka tidak ada warga yang menjualnya ke jagal atau membrandu dan dikonsumsi sendiri," Kata Asman.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.