Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Ridwan Saputra, Jadi "Dropshipper" Tanpa Modal, Kini Raih Omzet Rp 181 Juta Per Bulan

Kompas.com - 23/12/2019, 10:02 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Ridwan Saputra termenung. Matanya tertuju pada uang Rp 15.000 yang ada di genggaman.

Uang tersebut hanya cukup untuk sekali makan. Sedangkan kegiatannya sebagai mahasiswa Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, bisa seharian penuh.

“Ayah saya pegawai Pos (PT Pos Indonesia) biasa. Saya juga punya adik yang sekolah, jadinya uangnya terbatas,” ujar Ridwan kepada Kompas.com di Bandung, akhir pekan lalu.

Akhirnya ia membawa bekal dari rumah untuk mengurangi pengeluarkan. Ia pun memutuskan menggunakan keahliannya untuk menjadi dropshipper bidang craft.

Dengan sistem dropship, Ridwan sama sekali tidak mengeluarkan modal. Ia hanya melakukan pekerjaan di bidang digital printing ketika ada order.

Baca juga: Pedagang Parsel Optimistis Dapat Omzet Puluhan Juta di H-7 Natal

Jadi dropshipper tanpa modal

Selama satu tahun ia membangun jaringan, melakukan marketing. Satu per satu order pun berdatangan bahkan repeat order.

Rata-rata yang pesan adalah mahasiswa. Ada pula pesanan untuk grup sekitar 200-an pieces. Semua pengerjaan dilakukan secepat mungkin.

Lambat laun bisnisnya tumbuh. Ia pun mendapatkan uang jajan lebih. Hingga suatu hari seorang dosen terus menyemangati ia dan kawan-kawannya mendirikan perusahaan.

“Saya membangun KaryaQU, startup yang bergerak di digital printing dan service untuk kebutuhan korporat seperti gift dan dan lainnya,” tutur Ridwan.

Baca juga: Etek Lawu, Komunitas Pedagang Sayur Keliling Beromzet Rp 1,5 M Per Hari

Tak terbatas hanya pada satu jenis gift. Ridwan memproduksi merchandise dari atas kepala seperti topi hingga ke kaki. 

Hasilnya, terbilang lumayan. Dalam 1,5 tahun ia mampu membeli mesin rakitan seharga Rp 16 juta. Investor pun ada yang tertarik pada usahanya. 

“Kalau mesin yang baru Rp 200 jutaan, jadi saya beli yang rakitar Rp 16 juta. Investor pun tak bertahan lama. Mereka menarik uangnya,” imbuhnya.

Untuk memaksimalkan bisnisnya, ia membangun semacam grup. Di sana, ia mengedukasi para member.

Hal ini membuat konsumen selalu repeat order. Bahkan berbagai kebutuhan dipercayakan kepada KaryaQu.

Baca juga: Kisah Ridho, Perajin Eceng Gondok: Tembus Eropa hingga Omzet Rp 120 Juta Per Bulan

 

Komunitas bisnis

Tak hanya itu, ia aktif bersama komunitas dan berbagai elemen sosial di sekitarnya. Kini, memasuki semester akhir kuliahnya, ia terpilih menjadi CEO BIM (Business Initiative Movement).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com