Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2019, 12:13 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Jumat (9/8/2019), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan stastus Gunung Slamet. Gunung yang berada di wilayah Jawa Tengah itu berubah status dari normal menjadi waspada.

Menurut siaran pers PVMBG yang diterima Kompas.com, berdasarkan dari data pemantauan instrumental yang dilakukan sejak Juni 2019, terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang cukup signifikan. Untuk itu, PVMBG menilai perlunya antisipasi terhadap potensi erupsi Gunung Slamet.

Berdasarkan hal tersebutlah, PVMBG kemudian menaikkan status Gunung Slamet dari Level I (normal) menjadi Level II (waspada) terhitung sejak Jumat (9/8/2019) pukul 09.00 WIB.

Dalam siaran persnya, PVMBG juga membagikan data pengamatan Gunung Slamet.

Baca juga: 2 Bulan Hilang, Kakek 83 Tahun Ditemukan Tinggal Tulang Belulang di Gunung Slamet

"Pengamatan visual ke arah puncak G. Slamet sejak Juni 2019 hingga 8 Agustus 2019 pada umumnya dapat teramati dengan baik. Asap kawah berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal teramati dengan maksimum ketinggian 300 m dari atas puncak," tulis PVMBg dalam siaran pers.

Pengamatan visual ini dilakukan di Pos Pantau Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang.

Tak hanya terlihat asap kawah, PVMBG juga mencatat adanya aktivitas kegempaan yang terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Slamet.

"Rekaman kegempaan dalam periode yang sama didominasi oleh gempa Hembusan dan Tektonik. Selama Juni hingga 8 Agustus 2019 telah tercatat 51.511 kali gempa hembusan, 5 kali gempa tektonik local dan 17 kali gempa tektonik," kata PVMBG.

"Selain gempa-gempa tersebut, pada akhir Juli 2019 mulai terekam getaran Tremor dengan amplitudo maksimum 0.5 – 2 mm. Getaran Tremor ini masih terjadi hingga saat pelaporan. Energi kegempaan terdeteksi meningkat, secara gradual," sambungnya.

PVMBG juga melakukan pemantauan duhu beberapa sumber mata air di sekitar Gunung Slamet.

"Pengukuran suhu mata air panas pada 3 (tiga) lokasi menunjukkan nilai 44,8 hingga 50,8 derajat celcius. Nilai ini pada pengamatan jangka panjang berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan naik dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya," tulis siaran pers.

Berdasarkan  data-data tersebut, PVMBG memberikan analisis bahwa terjadi peningkatan aktivitas secara kegempaan dan deformasi yang cukup signifikan. Meski begitu, secara visual belum teramati adanya gejala erupsi.

"Potensi erupsi dapat terjadi sewaktu-waktu," tulis PVMBG.

Dari hasil pemantauan tersebut, PVMBG mengingatkan terdapat potensi bahaya yang harus diwaspadai oleh masyarakat sekitar, antara lain erupsi magmatik yang menghasilkan lontaran material pijar.

Baca juga: Status Gunung Slamet Naik Waspada, Pendaki Dilarang Dekati Kawah Radius 2 Km

Lontarannya diperkirakan melanda daerah sekitar puncak di dalam radius 2 km. Diperkirakan pula akan ada hujan abu di sekitar kawah yang muncul tanpa ada gejala vulkanik yang jelas.

Adapun rekomendasi yang dihasilkan adalah agar masyarakat tidak berada atau tidak beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah puncak Gunung Slamet.

Selain itu Pemerintah Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi dan Kabupaten agar terus berkoordinasi dengan Pos Pantau Gunung Slamet di Desa Gambuhan atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

Peningkatan aktivitas Gunung Slamet terakhir terjadi pada bulan Maret hingga Agustus 2014 yang lalu. Kenaikan aktivitas tersebut diikuti erupsi menghasilkan material abu dan lontaran material pijar di sekitar kawah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com