Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses Dua Siswi Cantik asal Kudus, Bawa Kain Troso Melenggang ke Paris (1)

Kompas.com - 25/07/2019, 07:53 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KUDUS, KOMPAS.com - Busana hasil rancangan dua gadis cantik asal Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sukses menarik perhatian khalayak di Paris, Perancis, pada 1 Desember 2018.

Keduanya tercatat sebagai siswi jurusan tata busana, kelas XII, SMK NU Banat, Kudus, saat perhelatan itu digelar.

Desainer muda yang baru saja menyelesaikan bangku sekolahnya itu adalah Fitria Noor Aisyah (19) dan Farah Aurellia Majid (17).

Tentunya sebagai generasi muda, ini sebuah prestasi yang sangat membanggakan bisa memamerkan gaun hasil karyanya di kota yang dikenal sebagai pusat mode dunia.

Terlebih lagi, busana yang dikenakan oleh para model asing profesional tersebut diperagakan di hadapan ratusan orang di atas kapal pesiar menyusuri Sungai Seine, di Paris.

SMK NU Banat, Kudus, yang hanya memiki satu jurusan yakni tata busana, dibina langsung oleh asosiasi Indonesia Fashion Chamber (IFC) hingga memiliki satu brand busana Muslim, Zelmira.

Baca juga: Merayakan Hari Jadi Ke-484 Masjid Menara Kudus, Simbol Toleransi Umat Beragama

 

SMK NU Banat juga merupakan binaan Bakti Pendidikan Djarum Foundation.

Dari tahun ke tahun, SMK NU Banat berpeluang untuk mempromosikan karya busananya ke luar negeri, mulai dari Hongkong hingga Jepang.

Dan di akhir 2018, SMK NU Banat berkesempatan unjuk gigi ke Paris dalam acara "La Mode Sur La Seine a Paris", yang diselenggarakan oleh IFC atas sepak terjang Fitria Noor Aisyah dan Farah Aurellia Majid, yang lolos seleksi.

Kedua pelajar ini adalah yang termuda dari 14 desainer Indonesia lain yang juga ikut berpartisipasi di Paris.

Dalam kesempatan tersebut, Fitria dan Farah, sapaan akrabnya, mengusung pakem gaya berbusana "modest wear" atau busana yang menampilkan koleksi pakaian sopan dan tertutup.

Meski demikian, konsep "modesty" itu tidak hanya dikaitkan ke busana Muslim saja, namun juga diterapkan ke busana konvensional.

Menariknya, keduanya mengangkat kebudayaan Jawa di kancah internasional dengan memperkenalkan bahan busana dari kain tenun troso, khas Kabupaten Jepara, Jateng.

Mereka pun menyebut tema busana yang melenggang di Paris saat itu adalah "Troso Nimbrung" yang terinspirasi suasana laut di Jepara.

"Troso adalah kain tenun troso dari Jepara dan nimbrung berarti ngikut. Jadi, motif tenun troso yang mengikuti suasana laut di Jepara. Kenapa kami memilih kain tenun troso Jepara, karena batik dan khas-khas daerah lain sudah banyak dikenalkan. Kami ingin perkenalkan budaya Jawa yang beragam dan kami pilih kain tenun troso Jepara. Alhamdulilah responsnya baik," terang Farah, didampingi Fitria, saat ditemui Kompas.com, di Kudus, Minggu (21/7/2019) sore.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com