Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Kembar Siam di Bali Punya 2 Jantung yang Berfungsi

Kompas.com - 08/07/2019, 19:01 WIB
Rachmawati

Editor

DENPASAR, KOMPAS.com - Para dokter di RSUP Sanglah Denpasar berencana mengoperasi bayi kembar siam jika kondisinya sudah survive.

Dokter bedah anak RSUP Sanglah, dr I Made Darmajaya mengatakan sebelum melakukan operasi pada bayi kembar putri pasangan Kadek Redita (24) dan Putu Ayu Sumadi (18), banyak prasyarat yang harus dipenuhi.

"Jantungnya dua dan jantungnya memang berfungsi. Kelainannya pun bukan kelainan yang aneh-aneh. Itu bisa diperbaiki. Levernya dua atau pun dempet itu masih bisa dipisah," katanya, Jumat (5/7/2019).

Darmajaya menjelaskan bayi akan terus dipantau seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

Baca juga: Bayi Kembar Siam di Bali, Dirawat di Rumah Sakit yang Berbeda dengan Ibunya

"Jika perkembangan gizinya bagus. Kalau semua indikator labnya, tumbuh kembangnya bagus, dia bisa hidup, ususnya bergerak bagus, gizinya bertambah baik, fungsi-fungsi tubuhnya berkembang dengan baik, itulah saatnya kita melakukan operasi," jelasnya.

Dokter jantung akan memberikan penilaian apakah bayi kembar siam yang lahir di RS Santhi Graha Seririt Buleleng, Rabu (3/7/2019) itu bisa dipisah atau tidak.

Sebelum operasi, dokter juga harus memikirkan organ lainnya seperti kulit.

"Dia kan kulitnya terbatas, nanti dibagi dua. Kita kan harus mempersiapkan. Kalau dia dipisah, kan ada bagian kulit yang nggak cukup menutup. Mau menutup pakai apa? Nah itu akan dipersiapkan dokter bedah plastik, dia akan membuat tissue expander," katanya.

"Dokter akan mempersiapkan, membuat kulit menjadi melar sehingga kulitnya cukup untuk menutupi bagian tubuhnya yang kurang tadi. Jadi nggak bisa asal main pisah terus tutup. Enggak bisa seperti itu. Prosesnya panjang. Tidak bisa langsung memisahkan begitu saja," tambahnya.

Baca juga: Penemuan Bayi Baru Lahir di Pos Siskamling Gegerkan Warga Majene

Ia mengatakan tidak pernah ada tim medis yang memisahkan kembar siam sesaat setelah lahir. Ia mencontohkan ada  kasus kembar siam yang dipisah saat berumur 25 tahun.

"Bayi ini kemungkinan survive karena sampai hari ini dia bisa bertahan. Namun terlalu dini untuk memastikan. Kita perlu lihat perkembangannya ke depan seperti apa," paparnya.

Proses pemisahan ini memakan waktu yang tidak terbatas sesuai kondisi bayi setelah mendapat perawatan sekitar enam bulan.

"Kalau pakai skala dari angka 100, saat ini kita masih di angka 2. Jadi masih jauh dan ada 98 tangga lagi yang harus dilakukan untuk proses pemisahan," katanya.

Selain itu pihaknya lebih dahulu harus memastikan kondisi organ dan pencernaannya ada dan berfungsi.

"Hasil pengamatan dari luar, dia punya anus. Dia sudah buang air, dan tidak muntah," katanya.

Baca juga: Suara Tangis Bayi Hentikan Langkah Aldianto di Tengah Kebun Sawit

Bayi ini dilahirkan di RS Santhi Graha Seririt dan langsung dirujuk ke RSUD Buleleng dan kemudian dilanjutkan ke RSUP Sanglah.

Bayi sampai di RSUP Sanglah, Kamis (4/7/2019) malam. Pemeriksaan pertama adalah memastikan kondisi bayi  dalam keadaan baik.

"Pada saat pemeriksaan awal  kami lakukan stabilisasi fase. Jadi kami menstabilkan dulu pasiennya baik, itu dengan oksigen, inkubator, dengan pemberian suhu yang bagus. Kemudian memasang infus yang cukup untuk nutrisinya," kata I Made .

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Bayi Kembar Dempet di RSUP Sanglah Bali Belum Bisa Operasi Pemisahan, Dokter Ini Ungkap Penyebabnya,

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com