Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bandung Diproyeksikan Jadi Hollywood Indonesia

Kompas.com - 24/06/2019, 13:29 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Setiap negara di dunia pasti mendambakan untuk memiliki pusat perfilman macam Hollywood, Los Angeles, California, Amerika Serikat. Tidak terkecuali Indonesia.

Langkah kecil untuk mewujudkan mimpi tersebut diambil oleh rumah produksi The Panasdalam Movie yang belakangan sukses mengebrak perfilman Indonesia dengan film Dilan 1990 dan Dilan 1991.

Lewat kegiatan Kelas Film Musim Hujan, Kota Bandung diharapkan bisa sedikit demi sedikit berevolusi menjadi Hollywood Indonesia.

“Kelas Film Musim Hujan ini tujuannya untuk regenerasi film maker di Kota Bandung khususnya. Untuk menuju ke sana (Hollywood Indonesia), yang pertama harus regenerasi dulu, perbanyak dulu SDM-nya dulu. Kalau sudah banyak (SDM), otomatis produksi film jadi semakin banyak,” kata Dani Rachman, direktur The Panas Dalam Movie saat ditemui seusai kegiatan Kelas Musim Hujan, di Bandung Creative Hub, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Senin (24/6/2019).

Baca juga: Ini Alasan Subsidi Angkutan Darat ke Kertajati Hanya untuk Bandung

Kelas Musim Hujan merupakan proyek antara The Panasdalam Movie dan Exsport yang dilaksanakam sejak tanggal 14 April 2019 dan diikuti oleh 50 peserta.

Para peserta diminta untuk membuat ide cerita untuk kemudian ke-50 peserta ini dibagi menjadi lima kelompok untuk diberikan pembekalan mengenai tahapan produksi film dan kemudian masing-masing kelompok akan memproduksi sebuah film pendek.

“Lewat Kelas Film Musim Hujan ini kami ingin mencetak bibit-bibit baru biar nanti mereka bisa ikut gabung di setiap proyek produksi film di Bandung,” ungkapnya.

SDM, kata Dani, merupakan faktor penting dalam produksi film berkualitas. Menurut dia, minimnya SDM yang paham dunia perfilman menjadi salah satu tantangan berkembangnya sektor film di Indonesia selain masalah lainnya yakni sulitnya perizinan syuting.

“Saat pembuatan film Dilan, Baracas dan Koboi Kampus, jujur kami (The Panasdalam Movie) merasa kekurangan kru dari Bandung, baik kru yang sudah di atas atau masih pemula, khususnya pemula. Kami sulit mencari potensi-potensi itu, akhirnya kami bikin Kelas Musim Hujan ini,” tuturnya.

Selain mencetak sineas-sineas muda, langkah untuk menuju mimpi menjadikan Bandung sebagai Hollywood Indonesia adalah dengan menggeser poros produksi film dari Jakarta ke Bandung.

Dani mengatakan, selama ini produksi film lebih banyak dilakukan di Jakarta karena Bandung masih minim sarana editing film.

“Kita harus menggeser poros produksi dari Jakarta ke Bandung, tapi ekosistem di sini belum terbentuk utuh. Bandung sangat cocok jadi pusat film di Indonesia karena di negara lain juga poros industri film itu bukan di kota kapital. Seperti di Amerika Serikat itu Hollywood di California, Cannes di Perancis, dan Mumbai di India,” bebernya.

Baca juga: Ridwan Kamil: 80 Persen Pinjaman Bank Dunia untuk Atasi Sampah Bandung Raya

Tantangan lainnya dalam perfilman adalah urusan finansial. Dani mencontohkan, meski keuntungan yang didapat dari film Dilan berkali kali lipat, modal yang dibutuhkan untuk dua sekuel film Dilan 1990 dan 1991 masing-masing bisa mencapai Rp 20 miliar.

“Kalau filmnya sukses, tidak hanya kena ke sektor perfilman saja yang ikut sukses, sektor parawisata juga ikut keangkat. Kedua, fashion juga ikut keangkat juga. Jadi otomatis menggaet industri lain. Itu sudah terbukti, contoh kasusnya film Dilan yang paling mudah. Ketika Dilan meledak, jaketnya Dilan dimana mana. Walaupun kita enggak memproduksi secara ofisial, tapi banyak orang yang mendapatkan manfaat baru. Di Bandung itu lokasi Dilan dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata,” tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com