LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Menjelang hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah, sejumlah warga di Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, melakukan pengecatan batu nisan keluarganya yang telah meninggal.
Pengecatan batu nisan ini dilakukan setiap tahun sekali menjelang perayaan hari raya Idul Fitri agar pada saat ziarah kubur nanti, nisan tersebut terlihat baru kembali. Biasanya pengecetan batu nisan dilakukan oleh anak-anak.
“Memang udah jadi tradisi kami, sebelum lebaran ini, kita pergi ke kubur mengecet batu nisan agar kelihatan baru lagi," ungkap Azhar (14) salah seorang anak asal Dusu Tanggong, Desa Darek (4/6/2019).
Baca juga: Mudik Lancar, Warganet: Kemacetan Itu Tradisi, Kok Dihilangkan?
Ia menyebutkan, nisan yang ia cat adalah nisan milik kakeknya yang telah meninggal 5 tahun yang lalu. Biasanya, Azhar bersama sepupu-sepupunya iuran untuk membeli cat dan kuas.
“Nisan yang kami cat ini, nisan kakek yang sudah meninggal lima tahun yang lalu” Ungkap Azhar.
“Ya biasanya kami iuran sama sodara, sepupu-sepu untuk beli cat dan kuasnya, ada yang Rp 10.000, ada yang Rp 5.000 lah," kata Azhar ditemui di kubran Panji salah satu pemakaman umum masyarakat desa Darek.
Baca juga: Mengenal Motonggeyamo, Tradisi Penetapan 1 Syawal Masyarakat Gorontalo
Azhar bersama sepupu-sepupunya tidak tidak hanya mengecat batu nisan milik kakeknya, namun juga mebersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh disekitaran kuburan kakeknya.
Sebagian masyarakat Desa Darek mempercayai bahwa pada bulan Ramadhan seorang yang sudah meninggal dunia, rohnya kembali ke rumah masing-masing, dan pada saat berakhirnya bulan Ramadhan roh-roh yang telah meninggal tersebut akan kembali ke alam kubur.