Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kora-kora, Perahu Perang Khas Maluku Utara

Kompas.com - 19/05/2019, 15:28 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Rachmawati

Tim Redaksi

TERNATE,KOMPAS.com - Kota Ternate memiliki alat transportasi laut khas yang sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu yaitu kora-kora.

Bahkan, untuk melestarikan Kora-kora, Pemerintah Kota Ternate mengabadikannya dengan menggelar Festival Kora-kora yang diselenggarakan setiap akhir tahun.

Pada cerita sejarah lokal Ternate, kora-kora menjadi transportasi yang digunakan oleh pasukan atau prajurit Kesultanan Ternate untuk berperang.

Rinto Thaib, Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya, Dinas Kebudayaan Kota Ternate menjelaskan secara etimologi sulit mengatakan jika kora-kora berasal dari Bahasa Ternate karena di daerah lain seperti Maluku dan Papua serta beberapa beberapa daerah lainnya juga mengenal Kora-kora.

“Tetapi secara turun-temurun dalam tradisi lisan masyarakat Ternate, kora-kora menjadi alat transportasi para prajurit kesultanan untuk melakukan ekspansi perluasan wilayah kekuasaan dan hubungan diplomatik antara kerajaan. Bahkan sampai Mindanau, Filipina Selatan,” kata Rinto kepada Kompas.com, Sabtu (18/05/2019).

Baca juga: Seorang Pria Ditemukan Tewas di Kamar Mandi Sebuah Penginapan di Ternate

Namun seiring perkembangan zaman, kora-kora kemudian digantikan dengan transportasi laut yang lebih modern. Bahkan saat ini, kora-kora banyak dibuat sebagai miniatur.

“Padahal dulu, kora-kora merupakan alat transportasi yang sangat penting bahkan dapat dipakai untuk melakukan perluasan kekuasaan politik maupun hubungan kerjasama,” kata Rinto.

Sekitar tahun 1950-an, Rianto menjelaskan, kora-kora pernah dipakai oleh masyarakat Ternate untuk menjemput Presiden Sukarno yang datang ke Ternate menggunakan pesawat yang mendarat di permukaan air laut.

Ribuan masyarakat Ternate menyambut Presiden RI pertama itu dengan mengerahkan kora-kora yang ada.

Sementara di zaman kerajaan, kora-kora mengalami masa kejayaan  saat Ternate dipimpin Sultan Babullah yang dikenal sebagai penguasa 72 pulau.

“Kora-kora begitu sangat terkenal di masa kepemimpinan Sultan Babullah karena dia dikenal dengan penguasa 72 pulau mungkin lebih dari itu. Dan salah satu modal transportasi yang digunakan untuk ekspansi kekuasaan ke daerah sekitar, bahkan keluar itu adalah dengan kora-kora,” kata Rinto.

Baca juga: Tujuh Kontainer Surat Suara Pemilu 2019 Tiba di Ternate

Di Ternate, kora-kota dikenal dua bentuk yaitu juanga dan kudunga. Bentuk juanga lebih diperuntukan bagi sultan karena di bagian tengahnya dilengkapi dengan atap, sementara kudunga adalah kora-kora  yang digunakan untuk masyarakat umum.

Namun dibalik model kora-kora, kata Rinto, ada pesan religi karena di bagian kora-kora ada simbol-simbol hewan seperti kepala naga di depan perahu dan ekor nagai di belakang perahu.

“Ada simbol-simbol hewan tertentu seperti naga. Meskipun hewan yang terkenal menjadi mitologi dan banyak orang sering menyebut bahwa naga itu adalah simbolnya China,” ujar Rinto.

Sementara itu, makna persatuan dan kesatuan  disimbolkan pada dua sisi kiri kanan perahu yang disebut dengan cadik, yang terbuat dari kayu yang digunakan prajurit untuk mengayun ataupun berdiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com