Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Apa yang Dikatakan Rudiantara Sudah Biasa

Kompas.com - 02/02/2019, 10:35 WIB
Putra Prima Perdana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Amin Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta publik tidak membesar-besarkan statment Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Menurut Dedi, hal tersebut sudah lumrah.

“Itu kan soal komunikasi publik yang biasa dilakukan di manapun. Misalnya begini, kalau para kepala daerah nyalon, itu kan biasa begitu sama stafnya. Kan itu biasa-biasa saja,” kata Dedi saat ditemui di Saung Angklung Udjo, Padasuka, Kota Bandung, Jumat (1/2/2019).

Dedi menjelaskan, hal tersebut tidak masuk dalam kategori black campaign.

“Tapi arena hari ini ada media sosial, itu dimanfaatkan menjadi negative campaign. Jadi jangan juga dilayanin. Petahana gaya begitu dimana-mana. Enggak ada problem. Para bupati juga suka gitu sama stafnya,” ungkap Dedi.

Baca juga: Viral Pernyataan Menkominfo soal Yang Gaji Kamu Siapa, Ini Penjelasannya

Dedi berharap para pejabat dan tokoh nasional yang saat ini berada di barisan pemenangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI nomor urut 01 Joko Widodo - Ma’ruf Amin agar berhati-hati dalam mengeluarkan statement.

Sebab, lanjutnya, setiap gerakan dan pernyataan yang multitafsir akan sangat mudah disebarkan lewat media sosial.

“Makanya proses berkomunikasi tidak boleh salah, apalagi jaman sekarang, ada yang ngerekam, ada yang memviralkan. Untuk itu, pada siapapun untuk tidak membuat sesuatu yang melahirkan multitafsir dan sentimen negatif yang akan berimplikasi pada pak Jokowi,” katanya.

Baca juga: Ramai Tagar #YangGajiKamuSiapa, Ini Penjelasan Kemenkeu soal Gaji PNS

Diberitakan sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, Rudiantara mengeluarkan pernyataan yang menuai polemik karena dianggap berpotensi melanggar netralitas aparatur sipil negara dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019.

Polemik ini bermula saat Kemenkominfo menggelar acara internal yang membahas desain sosialisasi Pemilu 2019 di Hall Basket Senayan, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Dalam acara internal tersebut, Rudiantara meminta masukan kepada semua pegawai tentang dua buah desain yang diusulkan untuk Gedung Kemenkominfo dengan gaya pengambilan suara atau voting.

Baca juga: Dituding Rugikan Prabowo, Rudiantara Dilaporkan ke Bawaslu

Namun, ketika ingin memberikan kesempatan kepada anak buahnya untuk memilih, Rudiantara memberi opsi untuk memilih Nomor 1 atau Nomor 2. Keriuhan pun terjadi, sebab pegawai Kemenkominfo sepertinya mengasosiasikan ini seperti pilihan dalam Pilpres 2019.

Menanggapi keriuhan itu, Rudiantara kemudian meminta agar pemilihan ini tidak dikaitkan dengan politik. Meski begitu, dia tetap memberikan opsi pilihan itu Nomor 1 atau Nomor 2.

Rudiantara kemudian meminta maju perwakilan pegawainya yang memilih desain Nomor 1 dan Nomor 2.

Baca juga: Rudiantara: Tak Masalah Ceramah Kritik Pemerintah untuk Kebaikan

Saat pegawai yang memilih desain Nomor 1 mengungkapkan alasannya, tidak ada keriuhan.

Nah, polemik dimulai saat pegawai yang memilih Nomor 2 memberi penjelasan. Ini disebabkan pegawai yang memilih Nomor 2 memberikan alasan bukan terkait desain.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com