Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Zulkarnedi, Mantan Pemburu yang Kini Gigih Merawat Telur Penyu

Kompas.com - 11/01/2019, 07:30 WIB
Firmansyah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Zulkarnedi (50) warga Desa Pekik Nyaring, Kabupaten Bengkulu Tengah, beserta enam anak, dan isterinya telah memilih hidup untuk menyelamatkan penyu dan telurnya.

Berbekal keterbatasan dana, sejak 2006 ia konsisten merawat telur penyu yang kerap ditemukan di sekitar pantai tempatnya tinggal.

Kegigihan Zulkarnedi melakukan konservasi penyu patut diapresiasi. Sudah tak terhitung ribuan tukik, anak penyu berhasil ditetaskan untuk selanjutnya ia lepas kembali ke tengah laut.

Bila melihat kegigihan Zulkarnedi dan keluarga merawat telur dan penyu saat ini, sangat bertolak belakang dengan masa lalunya.

Baca juga: Kisah Wisnu Wardhana, Jerat Hukum hingga Tabrak Aparat Saat Ditangkap

Sebelumnya tepatnya pada tahun 1990 akhir hingga 2000. Zulkarnedi adalah pemburu penyu dan telurnya. Hingga pada suatu ketika ia diminta oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk tidak memburu penyu dan menjual telur.

"Saya dibimbing oleh pemerintah, diberi bantuan untuk membeli telur penyu yang dijual masyarakat lalu ditetaskan," kenangnya.

Dana terbatas dari pemerintah, ia hanya dimodali Rp 8.000 per butir telur penyu yang beredar di masyarakat. Sementara penadah lain berani membeli Rp 15.000. Tentu saja ia kalah saing, namun itu tak menyurutkan semangatnya.

"Semampunya saya lakukan penetasan dan berhasil, kadang saya juga menemukan penyu bertelur di tepi pantai lalu saya tetaskan. Lama kelamaan saya merasa bersalah dengan tindakan masa lalu yang sering memburu penyu dan telur untuk dijual. Saya menyesal dan menebusnya dengan melestarikan penyu," ujarnya.

Baca juga: Cerita Risma Dapat Aduan Warga tentang Suara Kucing Pukul 2 Pagi

Di perairan laut Bengkulu menurutnya terdapat penyu-penyu langka seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), yang kerap ditemukan nelayan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com