Salin Artikel

Cerita Zulkarnedi, Mantan Pemburu yang Kini Gigih Merawat Telur Penyu

Berbekal keterbatasan dana, sejak 2006 ia konsisten merawat telur penyu yang kerap ditemukan di sekitar pantai tempatnya tinggal.

Kegigihan Zulkarnedi melakukan konservasi penyu patut diapresiasi. Sudah tak terhitung ribuan tukik, anak penyu berhasil ditetaskan untuk selanjutnya ia lepas kembali ke tengah laut.

Bila melihat kegigihan Zulkarnedi dan keluarga merawat telur dan penyu saat ini, sangat bertolak belakang dengan masa lalunya.

Sebelumnya tepatnya pada tahun 1990 akhir hingga 2000. Zulkarnedi adalah pemburu penyu dan telurnya. Hingga pada suatu ketika ia diminta oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk tidak memburu penyu dan menjual telur.

"Saya dibimbing oleh pemerintah, diberi bantuan untuk membeli telur penyu yang dijual masyarakat lalu ditetaskan," kenangnya.

Dana terbatas dari pemerintah, ia hanya dimodali Rp 8.000 per butir telur penyu yang beredar di masyarakat. Sementara penadah lain berani membeli Rp 15.000. Tentu saja ia kalah saing, namun itu tak menyurutkan semangatnya.

"Semampunya saya lakukan penetasan dan berhasil, kadang saya juga menemukan penyu bertelur di tepi pantai lalu saya tetaskan. Lama kelamaan saya merasa bersalah dengan tindakan masa lalu yang sering memburu penyu dan telur untuk dijual. Saya menyesal dan menebusnya dengan melestarikan penyu," ujarnya.

Di perairan laut Bengkulu menurutnya terdapat penyu-penyu langka seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), yang kerap ditemukan nelayan.


Penyu bertelur pada bulan Maret hingga Juni. Pada bulan-bulan tersebut penyu mendarat dan bertelur. Saat bertelur maka Zulkarnedi dan anak-anaknya akan memindahkan telur ke tempat khusus untuk ditetaskan.

Penetasan telur penyu membutuhkan waktu sekitar 60 hari. Telur penyu dimasukkan ke dalam ember besar yang alasnya telah dilubangi. Telur tersebut ditutup dengan pasir dan diawasi secara cermat.

"Tidak boleh basah, juga tidak boleh kering. Kalau dilanggar bisa tidak menetas," jelasnya.

Kegigihan Zulkarnedi melestarikan penyu jelang akhir 2018 mulai terdengar banyak pihak. Beberapa bantuan seperti rumah kelola penyu dapat ia bangun berkat bantuan pemerintah.

Sebelumnya sejak 2006 ia menetaskan dan merawat telur penyu di rumahnya. Ia memimpikan suatu ketika di lokasinya mendirikan tempat konservasi penyu dapat dibuat pusat edukasi dan wisata berbasis pelestarian penyu.

"Kami membuka diri untuk orang lain yang ingin ikut berpartisipasi. Konsepnya wisata edukasi berbasis pelestsrian penyu. Ini bisa mendorong konservasi penyu dan menggerakkan ekonomi desa," jelasnya.

Penyu menurut Zulkarnedi harus dilindungi bukan saja karena mulai punah. Namun ia hewan penanda bagi nelayan. Bila nelayan melaut menemukan penyu artinya di laut tersebut ikannya masih banyak.

Kedua bila di tengah samudera terlihat penyu itu penanda ada pulau atau daratan tak jauh dari lokasi tersebut.

"Penyu penting bagi nelayan untuk mencari ikan, ia penanda ikan dan navigasi alami bagi nelayan untuk mencari daratan," sebutnya.

Seiring waktu memahami penyu, Zulkarnedi berubah menjadi ahli penyu yang belajar otodidak. Sehingga tidak sedikit mahasiswa yang menyelesaikan kuliahnya dengan melakukan riset pada aktivitasnya melestarikan penyu.

"Sudah banyak mahasiswa buat skripsi dan penelitian di sini, dan sudah menjadi sarjana," jelasnya.

Serius mendalami pelestarian penyu, Zulkarnedi bersama anaknya dibantu beberapa mahasiswa ia mendirikan komunitas pelestari penyu Alun Utara.

"Ini wadah agar semangat pelestarian penyu dapat terus dijaga hingga le anak cucu," tutupnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/01/11/07300021/cerita-zulkarnedi-mantan-pemburu-yang-kini-gigih-merawat-telur-penyu-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke