GORONTALO, KOMPAS.com - Asian Waterbird Census (AWC) atau Sensus Burung Air Asia akan dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga Januari 2019.
AWC ini merupakan bagian dari International Waterbird Census (IWC) yang bersifat global, kegiatan tahunan dengan basis jaringan kerja yang bersifat sukarela.
Kegiatan ini menjadi salah satu perangkat bagi upaya konservasi burung air serta lahan basah sebagai habitatnya.
“Di Indonesia, kegiatan AWC telah dilaksanakan sejak awal pencanangannya pada tahun 1986, dan dikoordinasi oleh Wetlands International Indonesia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kemitraan Nasional Konservasi Burung Bermigrasi dan Habitatnya di Indonesia, kata Yus Rusila Noor, Head of Programme Wetlands International Indonesia, Minggu (23/12/2018).
Baca juga: Lahan Basah Perkotaan Penting bagi Kehidupan Liar Burung Air
Sejauh ini, hasil dari penghitungan burung air melalui kegiatan IWC dan AWC telah digunakan dalam menentukan status populasi burung air secara global.
Hasil ini juga digunakan sebagai acuan pengelolaan kawasan yang luasnya lebih dari 5 juta km persegi.
Hasil AWC ini sangat berarti bagi para ahli sehingga pendataan status 871 jenis burung air kemudian dikaji secara ilmiah untuk menentukan kegiatan pengelolaannya.
“Di Indonesia, data mengenai populasi digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan beberapa Taman Nasional penting, penentuan lokasi penting untuk Konvensi Ramsar dan East Asian Australasian Flyway Partnership (EAAFP) serta penentuan status jenis-jenis yang dilindungi,” tutur Yus Rusila Noor.
Yus Rusila Noor, dalam kegiatan skala global ini ditunjuk sebagai koordinator nasional dan Ragil Satriyo Gumilang sebagai koordinator pelaksananya.
Proses pengumpulan dan pengolahan data dalam kegiatan AWC ini dilakukan oleh Wetlands International Indonesia.
“Kami saling koordinasi dan bantu dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta jaringan kemitraan nasional yang tersebar di seluruh Indonesia untuk pelaksanaannya,” kata Ragil Satriyo Gumilang.