Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan Basah Perkotaan Penting bagi Kehidupan Liar Burung Air

Kompas.com - 19/12/2018, 15:22 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

 

GORONTALO, KOMPAS.com  - Kawasan lahan basah seperti empang, danau, dan sungai di perkotaan memiliki peran penting dalam menjaga habitat burung air.

Kawasan ini bisa menjadi rumah dan lokasi mencari makan beragam jenis burung. Mereka memakan ikan, udang, atau hewan lainnya yang berada di lahan basah ini.

Menjaga kualitas kolam, danau, atau sungai ini berarti melestarikan hidupan liar yang bergantung pada lahan ini.

“Terutama burung air, satwa ini secara ekologis kehidupannya bergantung kepada keberadaan lahan basah," kata Yus Rusila Noor, Head of Programme Wetlands International Indonesia, Rabu (19/12/2018).

Baca juga: Pemanfaatan Lahan Basah Perkotaan di Indonesia Tinggi, Pemerintah Harus Hati-hati

Yus Rusila Noor menjelaskan, burung air ini pada umumnya memiliki jari-jari kaki lurus, kadang berselaput renang antara jari kakinya.

Paruh burung air meruncing lurus ataupun melengkung, kadang berkantong panjang.

Perbandingan ukuran panjang badan dengan panjang kaki minimal sama sampai satu banding tiga. Bulu penutup kadang-kadang dilapisi lilin guna mencegah kebasahan.

Yang tergolong kelompok burung air ini meliputi keluarga Podicipedidae (titihan), Phalacrocoracidae (pecuk), Pelecanidae (pelikan), Ardeidae (kuntul, cangak, kowak), Ciconiidae (bangau), Threskiornithidae (pelatuk besi), Anatidae (bebek, mentok, angsa), Gruidae (burung jenjang), Rallidae (ayam-ayaman, mandar, kareo, terbombok), Heliornithidae (Finfoot), Jacanidae (ucing-ucingan), Rostratulidae, Haematopodidae, Charadriidae (trinil), Scolopacidae (gajahan, berkek), Recurvirostridae, Phalaropodidae, Burhinidae, Glareolidae (terik) dan Laridae (camar).

Burung-burung ini sepenuh hidupnya bergantung pada keberadaan lahan basah, bila mengalami kekeringan atau beralih fungsi lain, maka burung air akan kehilangan rumah dan tempat hidupnya.

Burung-burung ini akan mati dan terputuslah mata rantai kehidupan.

Kawasan perkotaan yang masih menyisakan lahan basah dan mau berbagi kehidupan dengan burung air akan akan lebih semarak. Kehadiran burung dengan mudah ditemukan di taman, pepohonan ruang terbuka hijau.

Hadirnya burung ini akan menambah indah wajah kota dan dapat dijadikan obyek wisata yang mendatangkan pelancong dari daerah lain atau bahkan luar negeri.

Uniknya di lahan basah ini, burung air ada yang penetap dan ada pula yang migran.

“Dikatakan migran bila sebagian besar proporsi populasi global atau regionalnya melakukan pergerakan secara teratur keluar lokasi berbiak mereka, dengan waktu dan tujuan yang bisa diduga,”papar Yus Rusila Noor.

Kompas TV Pusat Penangkaran Satwa Cikananga, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tengah melakukan karantina terhadap 45 ekor burung merak berbagai jenis yang merupakan hasil sitaan tim BKSDA Jawa Barat. Selain itu ada pula 11 ekor buaya yang turut dirawat karena kondisinya mengkhawatirkan. Sebanyak 45 ekor burung merak dan 11 ekor buaya berbagai jenis dikarantina oleh Tim Pusat Penanganan Satwa Cikananga, kecamatan Nyalindung, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Puluhan merak ini dikirim oleh tim penegak hukum Badan Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat yang didapat dari sitaan di sebuah vila di wilayah Bogor dan diduga tak memiliki izin resmi. Selain itu ada pula buaya yang ditangkarkan di penangkaran satwa alur namun karena jumlahnya melebihi kapasitas maka dipindahkan ke tempat ini. Saat pertama dikirim puluhan satwa liar mengalami kondisi memprihatinkan akibat stres dan banyak terdapat luka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com