Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menabung 3 Tahun, Penyadap Getah Pinus Bisa Bangun Rumah Rp 200 Juta

Kompas.com - 17/12/2018, 16:04 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TAKENGON, KOMPAS.com - Pasangan Arjono (50) dan Lastina (43), warga Cilacap, Jawa Tengah, kini sudah membangun rumah di kampungnya senilai Rp 200 juta setelah bekerja keras menjadi penyadap getah pinus di Aceh Tengah, Aceh, sejak tahun 2016.

Mulanya, keduanya diajak oleh seorang mandor untuk bekerja sebagai penderes getah pinus di bawah perusahaan pengumpul getah pinus mentah di Aceh Tengah, yang merupakan mitra dari PT Tusam Hutani Lestari (PT.THL).

Pasangan ini diajak bekerja karena pernah menjadi penyadap getah pinus di Garut, Jawa Barat, selama kurang lebih lima tahun.

"Kami dulu pernah menyadap di Garut, setelah berhenti, kami diajak ke Aceh Tengah. Sekarang sudah memasuki tahun ketiga," kata Arjono saat ditemui di sela kegiatannya menyadap getah pinus di lahan pinus yang dikelola PT THL, di Kampung Atu Payung, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, Selasa (11/12/2018).

Keduanya bekerja sebagai pekerja lepas dengan diberi target mengumpulkan 6 ton getah pinus dalam setengah tahun untuk dijual kepada perusahaan. Berkat kerja keras, mereka mampu mengumpulkan getah sesuai target.

"Alhamdulillah kami sudah beberapa kali diberi tiket pulang oleh perusahaan kalau kami sudah berhasil memenuhi target. Masing-masing kami mengumpulkan getah 6 ton lebih kurang dari setengah tahun, kadang-kadang kami mengumpulkan lebih," ujarnya.

Ia mengaku, getah pinus yang dikumpulkannya seharga Rp 4.750 per kilogram kepada perusahaan.

Selama sebulan, Arjono mampu mengumpulkan 3.050 kilogram getah pinus. Dengan kata lain, jika diuangkan, jumlah tersebut setara dengan Rp 14 juta.

Uang dari hasil menyadap ditabung selama tiga tahun, sehingga pasangan ini mampu membangun satu unit rumah senilai Rp 200 juta di kampung halamannya.

"Setelah getah terkumpul, kemudian getah ditimbang, lalu bayar di tempat oleh perusahaan yang datang mengambil," ungkap Arjono.

Baca juga: Kisah Maman Si Peternak Lele Asal Indramayu, Kena Tipu Pengepul Ratusan Juta Rupiah hingga Teknik Digital E-Fishery

Dia menambahkan, pihak perusahaan sering meminjamkan uang apabila mereka sedang membutuhkan.

Arjono dan Lastina kini membawa seorang anaknya ke tempat tinggal mereka, di perumahan sederhana yang dibangun di sekitar kompleks tempat pengumpulan getah (TPG) milik perusahaan. Sementara dua anaknya yang lain kini bekerja di Jakarta.

Arjono dan Lastina tinggal bersama 5 keluarga lain di kompleks itu yang ikut menjadi pekerja lepas.

"Kalau kami sakit, kantor menanggung biaya berobat," sebut Arjono.

Sehari-hari, pasangan ini bekerja menyadap getap pinus mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Terkadang pulang lebih awal atau bahkan tidak bekerja apabila cuaca tidak mendukung.

Proses penyadapan getah pinus mereka lakukan selama 20-25 hari selama sebulan, di lahan pinus seluas kurang lebih 5 hektar.

Baca juga: Kisah Bejo, Petani Asal Karanganyar Kembangkan Bawang Putih Tawangmangu Super

Sementara itu, saat Kompas.com menyambangi Arjono dan Lastina, mereka sudah mengumpulkan kurang lebih 30 kilogram getah pinus yang sudah terisi di dalam beberapa karung.

"Kabarnya sekarang masih diberi waktu dua atau tiga tahun lagi untuk bekerja. Karena belum ada kejelasan apakah kami akan dipulangkan atau tetap menderes di sini," terang Arjono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com