Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Adit, 15 Tahun Terbaring karena Hidrosefalus

Kompas.com - 20/11/2018, 19:23 WIB
Markus Yuwono,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Selama 15 tahun terakhir sejak dilahirkan, Aditiya Wahyu Indra hanya bisa terbaring dan beraktivitas terbatas di rumahnya di Padukuhan Bendo, Desa Krambilsawit, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

Sejak usia 3 bulan, putra ke 3 pasangan almarhum Wardi dan Kaniyem (48) ini menderita penyakit Hidrosefalus.

Kepalanya yang membesar melebihi tubungnya membuatnya sulit bergerak. Badanya nampak kurus kering, hanya tulang berbalut kulit membuatnya semakin tak mampu banyak bergerak.

Mulutnya yang menganga sambil mengeluarkan suara serak. Sebuah selang berukuran kecil nampak terhubung dari kepala hingga perut dia.

Baca juga: Sejoli yang Buang Bayi Mereka di Jombang Menikah di Kantor Polisi

"Saat ini tubuhnya berbobot 16 kilogram," kata Kaniyem, kepada wartawan, Selasa (20/11/2018).

Sejak kecil, Aditiya tidak pernah merasakan kakinya memijak tanah, bahkan untuk duduk saja tidak mampu.

Tanpa memperhatikan segala kekurangan yang ada, setiap Adit merengek, Kaniyem langsung mendekati Adit dan merangkulnya.

Selama ini, Adit juga tidak mempunyai kemampuan untuk berbicara, hanya jeritan serta rengekan.

"Kalau makan minum tidak pernah minta karena selama ini saya memberi makan berdasarkan jam. Seperti jam 6 pagi saya beri susu, kemudian jam 9 saya beri nasi, kemudian susu lagi dan seterusnya," ucap dia.

"Kalau tidak diblender tidak bisa makan, harus dihaluskan terlebih dahulu. Kalau minum pakai botol," imbuh dia.

Beban yang lebih berat dialami Kaniyem, kala Wardi, suaminya, meninggal dunia pada dua tahun lalu. Untuk mencukupi kebutuhan, dia bekerja serabutan.

"Dulu saya sempat kerja di Jogja, di angkringan Mas Adit juga saya bawa ke sana. Tapi, beberapa hari lalu uang untuk modal jualan malah hilang, terus saya pulang dan hanya menjaga Adit," kata dia.

Paman Adit, Sukani mengungkapkan, Adit harus bolak balik ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Hingga dokter di RS Sardjito menyebut bahwa Adit mengalami Hidrosefalus.

Setiap kali berobat, pasti menginap di rumah sakit sedikitnya 2 minggu sampai satu bulan. Untuk biaya pengobatan, sejak Adit berusia 3 bulan hingga kini 15 tahun, pihak keluarga membiayainya secara mandiri.

Baca juga: Hendak Isi Bahan Bakar, Dua Warga Tewas Tersengat Listrik Genset Masjid

Namun, untuk bantuan kebutuhan sehari-hari, diakuinya banyak donatur berdatangan.

"Sebisa mungkin dari keluarga mencukupi kebutuhan pengobatan. Kalau donatur juga sudah beberapa kali memberikan bantuan," kata dia.

Kepala Padukuhan Bendo, Endi Suryanto mengatakan, pihaknya terus berupaya melakukan lobi-lobi terhadap banyak pihak untuk kepentingan Aditiya.

Namun, hal tersebut belum mendapatkan hasil. "Kami berupaya untuk meringankan beban keluarga Kaniyem, memang belum banyak, tetapi paling tidak meringankan beban," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com