Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandi: Rupiah Lagi Keok, Hipmi Tak Perlu Pergi ke Luar Negeri

Kompas.com - 24/09/2018, 14:46 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Calon Wakil Presiden nomor urut 2, Sandiaga Uno berdialog dengan para pelaku wisata dan pelaku usaha di Desa Wisata Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Senin (24/9/2018).

Dialog di tengah agenda kampanye itu dilakukan secara santai dengan duduk lesehan bersama warga di Omah Alas.

Sandi menegaskan komitmennya untuk memperkuat ekonomi kerakyatan. Para pihak, terutama pengusaha muda, untuk tidak pergi keluar negeri terlebih dulu karena faktor rupiah melemah.

"Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) tidak perlu keluar negeri karena rupiah lagi keok. Enggak usah ke Jepang karena di sini juga ada sakura, panda," kata Sandi.

Baca juga: Sandiaga: Kampanye Itu Enggak Usah Baperan...

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, di tengah kondisi ekonomi Indonesia, para pengusaha diminta untuk ikut menguatkan devisa. Salah satunya tidak pergi keluar negeri.

"Kalau dolar naik seperti ini jangan keluar, kerja yang riil seperti di sini," ucapnya.

"Rupiah kan melemah dalam 10 tahun terakhir, kegiatan seperti desa wisata ini bisa menguatkan agar rupiah tidak melemah. Kerajinan kalau dibuat bagus agar ekspor dan menambah devisa," tambah Sandi.

Calon wakil Presiden yang diusung Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat, itu mengakui pesanan dari luar negeri untuk produk buatan UMKM dari Jawa Tengah sangat banyak. Namun pelaku usaha kecil justru tidak banyak mendapat keuntungan lebih.

"Banyak produk Jateng dibeli, dilabeli di Bali dan dijual kembali 3 kali lipat," katanya.

Baca juga: Sandiaga Teriak Salam 2 Jari, Ini Jawaban Emak-emak di Semarang

Oleh karenanya, Sandi ingin agar pemerintah dapat memfasilitasi hak paten, perizinan serta pemasaran dari produk UMKM agar mendunia.

"Desa wisata seperti ini menghasilkan lapangan kerjaan, meningkatkan perekonomian dan mengurangi yang keluar negeri," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com