Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Mata Air Berusia Ratusan Tahun yang Hilang di Hutan Grobogan

Kompas.com - 16/09/2018, 16:49 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Musim kemarau berkepanjangan yang melanda wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, menjadi petaka tersendiri bagi warga desa terpencil yang tidak terakses distribusi air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan, 82 desa yang ada di 12 kecamatan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengalami krisis air bersih akibat kemarau. Tercatat, permintaan droping air bersih dari puluhan desa itu sudah berlangsung sejak awal Juni.

Seperti halnya warga Desa Jambangan di wilayah Kecamatan Geyer, Grobogan. Hampir empat bulan ini debit air sungai setempat menyusut dan mengering. Sumur-sumur tadah hujan yang mayoritas dimiliki warga juga tamat tak ada tampungan air. Kekeringan juga mengakibatkan permukaan tanah desa retak-retak dan gersang.

Saat kemarau, sekitar 3.500 jiwa warga Desa Jambangan hanya mengandalkan droping air bantuan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Terlebih lagi, instalasi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang terealisasi sejak 2008 gagal beroperasi karena kesulitan mengidentifikasi sumber mata air.

Kemarau menjadi puncak krisis air yang menjadi agenda rutin tahunan warga desa di kaki perbukitan kendeng selatan itu. 

Sumber air warisan leluhur

Kekeringan tak berujung yang suram bagi warga ini memicu naluri tokoh masyarakat setempat untuk berburu sumber mata air. Mereka pun bersepakat mencari sumber mata air peninggalan lelulur yang diyakini masih bersemayam di bawah permukaan tanah.

Ratusan tahun silam, warga setempat mengandalkan sendang yang konon tak pernah mengering itu untuk mencukupi kebutuhan air. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, sumber air jernih berlimpah itu perlahan terkubur oleh rimbunnya hutan.

Baca juga: Harga Air Bersih Mahal, Warga Ambil Air dari Bekas Lubang Sumur Bor

Minggu (16/9/2018) pagi, Jiyo (48) bersama belasan warga termasuk perwakilan petugas Perhutani berjalan kaki menembus kawasan hutan yang membungkus perbukitan kendeng selatan. Selama ini, Jiyo, warga Kecamatan Geyer, itu dikenal sebagai "pawang sumber air" oleh masyarakat desa setempat.

Setelah menempuh jarak sekitar 2 kilometer dengan melintasi jamaknya pepohonan besar berbagai jenis itu langkah Jiyo mendadak terhenti. Tangan Jiyo menunjuk ke arah satu titik lokasi "Seresah".

Seresah yaitu istilah untuk sampah-sampah organik yang berupa tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan yang sudah mengering dan berubah dari warna aslinya. Serasah kebanyakan memiliki senyawa berbasis karbon. Serasah yang telah membusuk berubah menjadi humus (bunga tanah) dan akhirnya menjadi tanah.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, Jiyo dan belasan warga selanjutnya menggali tanah di lokasi yang masuk wilayah Kecamatan Toroh itu hingga kedalaman sekitar 2 meter.

Warga mengalirkan sumber mata air yang ditemukan di kawasan hutan petak 72 RPH Genengsari, BKPH Kuncen, KPH Gundih ‎menuju permukiman Desa Jambangan, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jateng, Minggu (16/9/2018).KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Warga mengalirkan sumber mata air yang ditemukan di kawasan hutan petak 72 RPH Genengsari, BKPH Kuncen, KPH Gundih ‎menuju permukiman Desa Jambangan, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jateng, Minggu (16/9/2018).

Letak penggalian sumber air di petak 72 RPH Genengsari, BKPH Kuncen, KPH Gundih, itu tak jauh dengan instalasi Pamsimas yang mangkrak.

Upaya warga mencari sumber air ternyata tidak sia-sia, di kedalaman itu muncul aliran air jernih yang terus mengalir deras. Jiyo dan tokoh masyarakat lain pun langsung mengamini bahwa muncratan air itu berasal dari sendang peninggalan leluhurnya yang selama ini lenyap tertimbun hutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com