Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Mata Air Berusia Ratusan Tahun yang Hilang di Hutan Grobogan

Kompas.com - 16/09/2018, 16:49 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Setelah beberapa saat, warga kemudian langsung menciptakan sumur buatan ala kadarnya yang selanjutnya debit air itu dialirkan menggunakan pipa instalasi Pamsimas yang mangkrak ke permukiman warga Desa Jambangan.

Penemuan sumber mata air ini adalah kabar gembira yang dinanti-nanti oleh warga. Sumber air harapan dan sandaran warga akhirnya berhasil ditemukan.

"Alhamdulilah akhirnya ketemu. Inilah sendang kehidupan nenek moyang kami yang hilang. Ratusan tahun silam, leluhur kami tidak pernah kekurangan air dengan keberadaan sendang ini. Selama kelestarian hutan di perbukitan kendeng terus terjaga, sumber air tak pernah mati sekalipun kemarau," terang tokoh masyarakat Desa Jambangan, Rinkahat (56) yang juga diamini tokoh masyarakat lain termasuk Jiyo.

Menurut Rinkahat, secara turun temurun sesepuh desanya telah berpesan jika suatu ketika masyarakat mengalami krisis air, carilah sendang berusia ratusan tahun warisan leluhurnya itu di perbukitan kendeng selatan.

"Sudah saatnya kami mencari keberadaan sendang ini karena masyarakat krisis air. Pasokan air di sumber air ini tak akan surut dan bisa mencukupi kebutuhan ribuan warga. Sumber air ini adalah sendang berusia ratusan tahun yang ditemukan leluhur kami," sambung Rinkahat.

Baca juga: Warga di Sragen Rela Jalan Kaki 2 Kilometer untuk Dapatkan Air Bersih

Perangkat Desa Jambangan, Agus Riyanto, mengatakan, sumber mata air yang ditemukan oleh warga ini langsung dialirkan menggunakan pipa instalasi Pamsimas yang sudah tak berfungsi itu menuju permukiman Desa Jambangan. Dalam beberapa bulan ini warga Desa Jambangan sudah kelimpungan karena krisis air. Desa Jambangan adalah lokasi terdekat dengan sumber mata air yang ditemukan. Berjarak sekitar 1 kilometer dari sumber mata air.

"Jadi yang ditemukan Pamsimas itu hanya rembesan bukan mata air. Makanya akhirnya mangkrak sejak 2008. Dan, yang kami temukan ini adalah sumber mata air. Debit air ini bisa untuk mencukupi 3.500 warga Desa Jambangan. Ini adalah jawaban yang membantah daerah kami minim sumber air. Air kami alirkan ke sumur-sumur yang telah mengering. Sumber air ini sudah dinanti-nanti warga yang mengalami krisis air," kata Agus.

40 persen hutan

Wakil Administratur KPH Gundih, Kuspriyadi, meyampaikan, sumber air yang ditemukan warga itu berada di kawasan hutan Perhutani yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan Setempat (KPS), salah satunya perlindungan sumber air. Kawasan hutan tersebut setidaknya terus terjaga kelestariannya hingga saat ini melalui peran masyarakat juga.

Hutan, kata dia, memiliki kemampuan sebagai regulator air. Dengan kata lain hutan mampu mengatur, menyokong proses alami dan menyediakan air bersih apabila dibiarkan tetap alami. Hutan mampu menyimpan air di musim hujan ketika ketersediaan air berlimpah. Pun demikian hutan juga mampu melepaskan air saat musim kemarau, saat di mana ketersediaan air minim.

"Hutan menjadi satu hal yang sangat vital terhadap persediaan atau pasokan air bersih bagi manusia. Ia mampu menyaring dan membersihkan air lebih baik dan lebih murah daripada sistem yang diciptakan oleh manusia. Sebanyak 40 persen Kabupaten Grobogan adalah kawasan hutan dengan luas sekitar 70.000 lebih hektar. Selama kelestarian hutan dijaga, sumber air pasti berlimpah. Silakan dimanfaatkan untuk keperluan warga dan ini kabar baik untuk pemerintah," jelas Kuspriyadi.

Kuspriyadi menambahkan, di kawasan hutan wilayah KPH Gundih tercatat ada sekitar 30-an sendang berkapasitas air melimpah yang selama ini menjadi sumber kehidupan warga setempat.

"Sendang-sendang berkapasitas besar muncul di kawasan hutan yang lestari. Di Grobogan ada banyak sendang di kawasan hutan. Di wilayah KPH Gundih saja ada 30 an sendang. Untuk di lokasi Desa Jambangan ini masih diteliti kandungan airnya," pungkasnya.

Pamsimas gagal

Selama ini, program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) dinilai belum efektif untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat wilayah pelosok di Grobogan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com