Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung Ke Balai Konservasi Mangrove Bikin Khawatir, Ini Sebabnya

Kompas.com - 31/07/2018, 10:00 WIB
Sukoco,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TARAKAN, KOMPAS.com – Warga Kota Tarakan di Kalimantan utara menyayangkan banyaknya kayu jembatan di Kawasan Balai Konservasi Mangrove dan Bekantan yang hilang sehingga membahayakan pengunjung.

Anta, salah satu warga Kota Tarakan mengatakan, hilangnya kayu jembatan membahayakan pengunjung. “Kurang terawat sekarang. Mulai kotor dan banyak kayu jembatan yang hilang, padahal banyak anak anak yang berkunjung ke sini,” ujarnya Selasa (31/07/2018).

Meski membahayakan pengunjung karena banyak kayu jembatan yang hilang dan mulai lapuk, namun pihak pengelola juga tidak memasang rambu rambu pada kawasan jembatan rusak.

Warga lain Kota tarakan Azisah juga menyayangkan jika pengelola Balai Konservasi Mangrove dan Bekantan mengabaikan keselamatan pengunjung. “Seharusnya ada papan peringatan kalau jembatannya rusak, karena lumayan tinggi kalau jatuh,” katanya.

Baca juga: Demi Fakultas Kedokteran, 8 Calon Mahasiswa Pakai Alat Canggih Penjawab Soal

Salah satu petugas di Balai Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan Taniansyah mengaku tidak bisa berbuat apa apa terkat kerusakan jembatan yang dikeluhkan warga.

Sebagai karyawan yang bertugas memberi makan kepada kawanan bekantan dia mengaku telah menyampaikan keluhan warga terkait rusaknya jembatan yang membahayakan pengunjung.

“Sudah kami sampaikan kepada pemerintah kota, tapi sampai sekarang masih begini,” ucapnya.

Balai Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan diresmikan tanpa seremonial oleh Walikota Tarakan Jusuf SK pada tanggal 5 Juni 2003 lalu. Kawasan seluas 12 hektar tersebut selain dihuni puluhan bekantan dan monyet juga menyimpan 27 jenis kayu yang tumbuh di kawasan pesisir pantai.

Baca juga: BPJS Kesehatan Menunggak Rp 13,4 Miliar, RSUD Wates Pasang Spanduk Kritik

 

Kawasan Balai Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan yang dikunjungi 30 hingga 50 orang pada hari biasa dan 250 pengunjung di akhir pekan tersbeut juga menjadi tempat bersarangnya 21 jenis burung dan hewan lain seperti tupai, kepiting dan beberapa jenis ikan yang hidup di kawasan mangrove.

Kompas TV Petugas kesulitan menangkap buaya yang belum diketahui berasal dari mana ini.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com