Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Juru Kunci Imbau Masyarakat di Sekitar Lereng Merapi untuk Waspada

Kompas.com - 25/05/2018, 01:21 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Juru kunci Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo Asihono atau Mbah Asih mengimbau masyarakat di sekitar lereng Gunung Merapi untuk waspada dan memperhatikan tanda alam.

Imbauan itu disampaikan karena masih ada ratusan warga yang bertahan di sekitar zona bahaya.

"Masyarakat harus waspada, jangan lengah. Wasapada harus memperhatikan Merapinya, jadi jangan lengah untuk memperhatikan Merapi. Masyarakat harus tanggap, kalau ada sesuatu segera siap-siap, sekiranya berbahaya segera evakuasi untuk menyelamatkan diri. Seandainya tidak berbahaya monggo, tergantung masyarakat," kata Mbah Asih di rumahnya di hunian tetap (huntap) Karangkendal, Cangkringan, Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta, Kamis (24/5/2018) malam.

Menurut dia, peningkatan aktivitas Merapi sudah mempengaruhi kegiatan warga, namun belum begitu signifikan.

"Bagi warga masyarakat (letusan freatik) tidak begitu signifikan atau tidak bahaya. Kalau sudah naik paling hujan abu, mungkin sedikit pasir. Hujan abu kalau turun sudah dingin tidak berbahaya," ucapnya.

Baca juga: Cerita Warga Merapi Pasca-letusan Freatik, Kunci Motor Tak Pernah Dilepas

Disinggung mengenai ritual khusus terkait letusan Merapi, Mbah Asih mengatakan tidak ada. Namun ia bersama warga Huntap Karangkendal akan menggelar doa bersama.

"Saya mengajak warga berdoa bersama semoga wilayah di lereng Merapi dan Yogyakarta terhindar bahaya Merapi. Nanti saya akan mengadakan mujahadah bersama jemaah atau warga Pelemsari, Kinahrejo, supaya kita usaha untuk memohon kepada Allah semoga terhindar dari bahaya tersebut," imbuhnya.

Mbah Asih berharap erupsi Gunung Merapi tidak sampai mengalami erupsi magmatik agar masyarakat bisa beraktivitas kembali, dan ekonomi tidak kacau.

Zona merah

Diakuinya, saat ini masih ada masyarakat yang tinggal di zona berbahaya atau masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III seperti di Dusun Kalitengah Elor. Pihaknya cukup sulit mengajak masyarakat untuk pindah karena adanya faktor ikatan budaya.

Sementara di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, yang berjarak 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi, pada siang hari masyarakat masih beraktivitas seperti biasa.

"Ya, kalau malam tidur di balai desa, anak-anak di sana. Kalau pagi saya pulang ke rumah, cari rumput," kata warga Kalitengah Lor, Waitri

Sebagian besar warga pada malam hari memilih mengungsi, terutama wanita, anak dan orang lansia. Namun sebagian lainnya memilih untuk bertahan.

Warga lainnya sudah berada di posko Pengungsian Balai Desa Glagaharjo.

"Tadi pagi (saat erupsi freatik pukul 02.56 WIB) tidak lari, cuma di rumah. Dengar tadi suara dentuman," kata Sri, warga lainnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com