Salin Artikel

Juru Kunci Imbau Masyarakat di Sekitar Lereng Merapi untuk Waspada

Imbauan itu disampaikan karena masih ada ratusan warga yang bertahan di sekitar zona bahaya.

"Masyarakat harus waspada, jangan lengah. Wasapada harus memperhatikan Merapinya, jadi jangan lengah untuk memperhatikan Merapi. Masyarakat harus tanggap, kalau ada sesuatu segera siap-siap, sekiranya berbahaya segera evakuasi untuk menyelamatkan diri. Seandainya tidak berbahaya monggo, tergantung masyarakat," kata Mbah Asih di rumahnya di hunian tetap (huntap) Karangkendal, Cangkringan, Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta, Kamis (24/5/2018) malam.

Menurut dia, peningkatan aktivitas Merapi sudah mempengaruhi kegiatan warga, namun belum begitu signifikan.

"Bagi warga masyarakat (letusan freatik) tidak begitu signifikan atau tidak bahaya. Kalau sudah naik paling hujan abu, mungkin sedikit pasir. Hujan abu kalau turun sudah dingin tidak berbahaya," ucapnya.

Disinggung mengenai ritual khusus terkait letusan Merapi, Mbah Asih mengatakan tidak ada. Namun ia bersama warga Huntap Karangkendal akan menggelar doa bersama.

"Saya mengajak warga berdoa bersama semoga wilayah di lereng Merapi dan Yogyakarta terhindar bahaya Merapi. Nanti saya akan mengadakan mujahadah bersama jemaah atau warga Pelemsari, Kinahrejo, supaya kita usaha untuk memohon kepada Allah semoga terhindar dari bahaya tersebut," imbuhnya.

Mbah Asih berharap erupsi Gunung Merapi tidak sampai mengalami erupsi magmatik agar masyarakat bisa beraktivitas kembali, dan ekonomi tidak kacau.

Zona merah

Diakuinya, saat ini masih ada masyarakat yang tinggal di zona berbahaya atau masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III seperti di Dusun Kalitengah Elor. Pihaknya cukup sulit mengajak masyarakat untuk pindah karena adanya faktor ikatan budaya.

Sementara di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, yang berjarak 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi, pada siang hari masyarakat masih beraktivitas seperti biasa.

"Ya, kalau malam tidur di balai desa, anak-anak di sana. Kalau pagi saya pulang ke rumah, cari rumput," kata warga Kalitengah Lor, Waitri

Sebagian besar warga pada malam hari memilih mengungsi, terutama wanita, anak dan orang lansia. Namun sebagian lainnya memilih untuk bertahan.

Warga lainnya sudah berada di posko Pengungsian Balai Desa Glagaharjo.

"Tadi pagi (saat erupsi freatik pukul 02.56 WIB) tidak lari, cuma di rumah. Dengar tadi suara dentuman," kata Sri, warga lainnya.

Dari pantauan Kompas.com terlihat puncak Merapi cukup jelas dari Dusun Kalitengah Lor.

Kaur Pemerintahan Desa Glagaharjo, Heri Prasetyo menyebut, Dusun Kalitengah Lor tercatat dihuni sekitar 170 kepala keluarga dengan jumlah warga 400-an jiwa. Sedangkan warga Dusun Kalitengah Kidul sebanyak 110 kepala keluarga.

"Di sana tergolong padat," katanya.

Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Joko Supriyanto mengungkapkan, Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul masuk wilayah KRB 3 yang seharusnya tidak boleh ditinggali.

"Di bawahnya ada Dusun Srunen bagian utara, masih banyak rumah penduduk dan itu masuk KRB 3," jelasnya.

Seharusnya warga tiga dusun tersebut sudah direlokasi saat erupsi 2010 lalu. Namun mereka kembali ke rumah asalnya.

"Kita hanya bisa mengimbau warga di sana lebih waspada dan siap evakuasi jika ada peningkatan aktivitas Merapi," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2018/05/25/01210671/juru-kunci-imbau-masyarakat-di-sekitar-lereng-merapi-untuk-waspada

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke