Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merapi Kembali Erupsi, Para Pengungsi Berharap Bisa Segera Pulang

Kompas.com - 24/05/2018, 16:28 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Meningkatnya aktivitas Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) membuat ratusan warga di sekitar lereng Merapi, terutama para lansia, mengungsi untuk mengamankan diri.

Warga di lereng Merapi misal di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Para warga mengungsi ke balai desa Glagaharjo sejak Rabu (23/5/2018). 

Kaur Pemerintahan Desa Glagaharjo Heri Prasetyo mengatakan, sejak Rabu terdapat 81 orang yang mengungsi. Kemudian setelah letusan Kamis (24/5/2018) dini hari, jumlah pengungsi terus bertambah.

"(jumlah pengungsi) Masih kami data karena yang disini (balai desa), tidak sebanyak itu (152 orang).  Kemungkinan mereka singgah di rumah kerabatnya," kata Heri kepada wartawan di Balai Desa Glagaharjo Kamis (24/5/2018).

Pemerintah desa menyiapkan barak yang bisa menampung 400 orang di aula balai desa Glagaharjo dan menyiapkan dapur umum.

Baca juga: BPPTKG: Letusan Merapi Bukan Lagi Letusan Freatik, tetapi Magmatis

"Jika warga merasa tidak nyaman di rumahnya, silakan merapat di balai desa. Kami fasilitasi, ada dapur umum, tempat untuk tidur, dan tim dokter," ucapnya.

Heri menjelaskan, ada dua dusun yang berjarak dekat sekitar 4 km-5 km dari puncak Merapi, yakni Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul. Masing-masing berpenduduk sekitar 170 KK dan 112 KK. 

"Yang bertahan di posko pengungsian terutama lansia, ibu-ibu, dan anak. Untuk laki-laki malam baru turun," katanya.

Salah seorang pengungsi lansia, Siyo Suwito yang mengaku berusia 100 tahun, sudah empat hari tinggal di balai desa. 

Nenek ini tampak santai bersama lansia lainnya berbincang di teras. "Kulo pun sering mengungsi (saya sudah sering mengungsi)," ucapnya.

Baca juga: Monyet Ekor Panjang di Kawasan Merapi Mulai Turun Gunung

Selama ini Siyo tinggal di Klangon, Kalitengah Elor bersama anak, cucu dan buyutnya. Saat di rumah setiap hari dirinya beraktivitas mencari rumput untuk seekor sapi.

"Sak niki cuma nggogok (Sekarang cuma duduk) seperti ini. Kalau di rumah cari pakan sapi, masih punya satu (sapi), sekarang dibawa ke Ngemplak," ucapnya.

Dia pun masih ingat erupsi Merapi terakhir tahun 2010 lalu yang merengut nyawa suaminya. Siyo berharap aktivitas merapi segera berakhir sehingga dia bisa kembali ke rumahnya dan melaksanakan kegiatannya sehari-hari. 

Pengungsi lainnya, Nyamiati, berharap hal yang sama. Ia mulai bosan berada di tempat pengungsian. Ia mengungsi bersama bayinya yang baru berusia tujuh bulan.

"Ndak tahu sampai kapan (erupsi), pengen pulang," ucapnya.

Seperti diketahui, sampai dengan saat ini status Gunung Merapi masih Waspada (Level II). Sementara pada hari Kamis (24/05/2018) Gunung Merapi meletus dua kali. Pertama terjadi pada pukul 02.56 WIB dan kedua pukul 10.48 WIB. 

Baca juga: 17 Tempat Evakuasi Akhir Disiapkan untuk Tampung Pengungsi Merapi

Kompas TV Sempat terdengar beberapa kali gemuruh dari wilayah Kaliurang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com