Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara Pemkab Bantul Lindungi Petaninya dari Efek Beras Impor

Kompas.com - 02/05/2018, 17:38 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Menjamurnya produk impor termasuk beras impor dan pisang impor membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), membuat kebijakan produksi pangan tersendiri. 

Pemkab Bantul berupaya untuk memproduksi sendiri beras untuk diedarkan di wilayah mereka. Hal ini juga berlaku untuk hasil pertanian lain.

Dengan produksi yang melimpah dan kualitas bagus diharapkan produk pertanian dari Bantul tersebut bisa bersaing dengan produk impor.

Bupati Bantul Suharsono mengatakan, hasil produksi tanaman padi petani Bantul selama ini dijual dalam bentuk gabah ke beberapa wilayah seperti Kota Yogyakarta.

Produksi gabah Bantul juga dijual ke Delanggu, Klaten dan beberapa wilayah lainnya. Sehingga harga keekonomian gabah tergolong rendah bagi petani.

Baca juga : Mendag: Beras Impor Tidak Langsung Disebar, Tapi Buat Cadangan

"Kedepan hasil panen Bantul dijual petani keluar wilayah. Maka saya punya inisiatif dijual sendiri, untuk wilayah Bantul sendiri dalam bentuk beras," kata Suharsono di Kebun Buah Mangunan, Dlingo, Rabu (2/5/2018)

Beras hasil pertanian lokal diberi nama 'Beras Asli Bantul' yang dikemas dalam kemasan per 5 kg, dengan harga jual Rp 12.000 untuk kualitas wangi, dan Rp 10.000 kualitas biasa.

"Mulai saat ini dikasih cap 'Beras Bantul Asli', artinya dari panennya warga Bantul, jadi tidak ada istilah petani itu rugi mengikuti harga pasar," ucapnya.

Pisang

Tak hanya beras, Bantul juga meningkatkan produksi pisang sebab selama ini banyak masyarakat memilih untuk mengkonsumsi pisang dari luar negeri. Apalagi lahan di Kabupaten Bantul cocok untuk tanaman pisang.

"Pisang Bantul tidak kalah dengan impor. Saya sudah membandingkan ternyata jauh lebih enak yang lokal kok. Enggak usah beli pisang impor tuku gone dewe wae (Tidak usah beli pisang impor, beli punya sendiri saja)," ucapnya.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul Pulung Hariyadi mengatakan untuk pisang asli lokal dengan nama Barling sudah diperkenalkan ke masyarakat. Bahkan, sudah sampai ke luar negeri seperti Italia.

Baca juga : Jepang Kembangkan Pisang yang Kulitnya Bisa Dimakan

"Pisang lokal jauh lebih segar dibandingkan dengan pisang impor," katanya

Pihaknya terus mendorong petani memanfaatkan lahan untuk menanam pisang karena peluangnya terbuka.

Sementara untuk padi, dia menjelaskan jika untuk 'Beras Asli Bantul' sudah disiapkan 10 ton beras yang siap distribusikan kepada masyarakat.

Dia mengaku kedepan tak khawatir jika akan kekurangan stok beras, karena setiap tahunnya surplus gabah hingga 23.000 ton. 

Ketua Gapoktan Se Bantul, Sumarjana mengatakan, beras asli Bantul memiliki beberapa keunggulan dibandingkan beras lainnya. 

Misal, beras Bantul tergolong baru karena langsung dari panen petani, dan tanpa tambahan kimia.

Saat ini ada empat jenis beras Bantul yakni IR64, Batanglembang, Ciherang, Mikongga, dan Mentik Wangi. "Kami targetkan (produksi) 25 ton per gapoktan per bulan," katanya.

Kompas TV Sebanyak 10 ribu ton beras impor asal India, kembali masuk ke wilayah Sumatera Utara.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com