Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merayakan Kembalinya Pohon Kopi di Gunung Kidul

Kompas.com - 19/02/2018, 17:14 WIB
Markus Yuwono,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, pernah terdapat ribuan pohon kopi yang produktif.

Namun karena kurangnya pengetahuan mengenai budidaya kopi dan penjualannya masyarakat di Gunung Gambar, Desa Kampung, Kecamatan Ngawen, memilih untuk memotongnya karena dianggap tanaman kurang dari segi ekonomi.

Namun sejak Januari 2018, asa menjadi daerah penghasil kopi kembali dihidupkan oleh pemerintah Desa Kampung yang memperoleh bantuan dari salah seorang warga Korea Selatan, Ki-Myung Kim.

Sekitar 3.000 bibit kopi yang ditanam di kawasan Gunung Gambar oleh warga sekitar dan kelompok sadar wisata. Sebanyak 68 kepala keluarga bersama-sama membuat lubang untuk penanaman kopi.

(Baca juga: Air di Danau Sedalam 60 Meter di Gunung Kidul Mendadak Habis dalam 2 Jam)

Rencananya, tahun ini akan ada bantuan tambahan dari Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebanyak 6.000 batang bibit.

"Pertengahan Januari kemarin kami melakukan penanaman 3.000 batang bibit di kawasan Gunung Gambar pemberian dari Mr Kim (Ki-Myung Kim)," kata Kepala Desa Kampung, Suparna, saat dihubungi, Senin (19/2/2018).

Kopi pernah menjadi bagian tak terpisahkan masyarakat desa yang dikenal salah satu pengasil padi terbesar di Gunungkidul ini. Sekitar tahun 90-an, masyarakat setempat menanam kopi.

Dengan hasil yang melimpah, warga kebingungan menjual hasil panen. Padahal kala itu, kopi tumbuh subur di Gunung Gambar.

"Masyarakat bingung mau diapakan hasil panen kopi, karena tidak mengetahui apa yang akan dilakukan, mereka memilih menebang pohon kopi," ucapnya.

(Baca juga: 4 Lubang yang Muncul di Gunung Kidul Kian Lebar, Warga Jadi Resah)

Tanaman kopi yang ditanam ini setiap beberapa hari sekali dilakukan perawatan rutin. Nantinya diharapkan bisa dirasakan masyarakat sekitar 2-3 tahun ke depan.

"Kami perkirakan akan berbuah dan bisa dinikmati masyarakat sekitar dan kami bisa menjadi desa penghasil kopi di Gunungkidul," ucapnya.

Demi kopi luwak

Suparna menceritakan, kebaikan Ki-Myung Kim yang aktif memberikan pendampingan ke masyarakat Desa Kampung, tidak hanya mengenai kopi, namun juga pertanian organik yang dikembangkan di desa Ngawen.

Untuk budidaya kopi, bantuan dosen di Korea Selatan ini pun tak tanggung-tanggung. Kopi pun dipersiapkan untuk kopi dengan kualitas premium, yakni kopi luwak.

Menurut dia, Ki-Myung memberikan bantuan kepada Desa Kampung setelah melakukan perjalanan di sekitar 103 negara.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com