Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyonya Meneer Pailit, Bagaimana Nasib Taman Djamoe Indonesia?

Kompas.com - 09/08/2017, 07:07 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Pengadilan Niaga Semarang baru-baru ini menyatakan pabrik jamu legendaris PT Nyonya Meneer pailit dan menyerahkan kewenangan pengelolannya kepada tim kurator. Lantas bagaimana  nasib Taman Djamoe Indonesia (TDI) Nyonya Meneer yang berlokasi di Jl. Raya Semarang - Bawen Kilometer 28 Kelurahan Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang?

Saat Kompas.com mendatangi TDI, Selasa (8/8/2017) siang, suasananya sangat sepi. Dua pos satpam dibiarkan dalam keadaan kosong. Sementara di halamannya yang luas juga tidak nampak kendaraan yang parkir di sana.

Lebih jauh melangkah, sebuah bangunan bergaya minimalis modern gagah berdiri. Bendera merah putih masih berkibar satu tiang penuh. "Tutup" tertulis di pintu kaca bangunan tersebut.

"Sementara dalam proses banding, aktivitas di TDI ditutup dulu," ucap Koordinator TDI Nyonja Meneer, Endah Permata.

Wanita berhijab ini mengaku tidak tahu sampai kapan kebijakan penutupan ini akan berakhir. Namun yang jelas, akibat kebijakan itu pihaknya terpaksa membatalkan seluruh kunjungan dan booking order yang masuk ke TDI.

Padahal, booking order ke taman jamu pertama di Indonesia ini sudah masuk hingga bulan Oktober mendatang.

"Ada beberapa sekolah, ada dari Jawa Barat juga kita batalkan. Malah 3 September besok itu sudah di-booking untuk pernikahan, kasihan sebenarnya. Katanya sih nanti di sini yang megang kurator, saya enggak paham semacam itu," katanya.

Baca juga: Pailit, Aset PT Nyonya Meneer Akan Dilelang Untuk Bayar Utang

Endah sendiri merasa tidak percaya perusahaan tempatnya bekerja hampir 40 tahun ini menghadapi kemelut yang membuat bisnis pabrik jamu legendaris ini limbung. "Rasanya enggak pailit kok, betul," ucapnya.

Endah mengaku termasuk orang yang pertama dipercaya oleh keluarga besar Nyonya Meneer untuk merawat TDI. Awalnya, TDI merupakan kebun aneka tanaman jamu yang dikelola oleh Ibu Meneer dari tahun 1970. Hasilnya dipasok untuk keperluan produksi jamu Nyonya Meneer di Semarang.

Namun di tangan DR. Charles Saerang, generasi ketiga Ibu Meneer, kebun tanaman jamu seluas tiga hektar ini didesain ulang menjadi lebih nyaman dan indah untuk dinikmati. Tidak kurang dari 600 spesies tanaman jamu berkhasiat dari seluruh Indonesia ada di sini.

Taman Djamoe Indonesia (TDI) Nyonya Meneer yang berlokasi di Jl. Raya Semarang - Bawen Kilometer 28 Kelurahan Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tutup pasca  Pengadilan Niaga Semarang baru-baru ini menyatakan pabrik jamu legendaris PT Nyonya Meneer pailit, Jumat (4/8/2017) lalu.Kompas.com/ Syahrul Munir Taman Djamoe Indonesia (TDI) Nyonya Meneer yang berlokasi di Jl. Raya Semarang - Bawen Kilometer 28 Kelurahan Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tutup pasca Pengadilan Niaga Semarang baru-baru ini menyatakan pabrik jamu legendaris PT Nyonya Meneer pailit, Jumat (4/8/2017) lalu.
Tepat pada tanggal 28 Pebruari 2011, TDI diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan sejak saat itu dibuka untuk umum sebagai wisata edukasi.

Endah berharap, keberadaan TDI akan tetap dipertahankan dan bahkan bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Sebab TDI menurut Endah merupakan literasi alam bagi warisan kebudayaan kesehatan bangsa Indonesia, yaitu "Jamu".

"Harapan saya TDI tetap bisa berkembang, karena ini aset nasional untuk pendidikan. Karena disini banyak tanaman yang sudah kurang dikenali lagi oleh masyarakat, meskipun itu hanya rumput," ujarnya.

"Saya mulai dari tahun 80-an dari tanamannya segini (pendek) sampai besar-besar segini, apa hati saya tidak trenyuh?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Pailit, Depot Jamu Nyonya Meneer Mulai Kehabisan Stok

Harapan agar TDI tetap eksis juga diutarakan oleh Beni (28) warga Kota Salatiga yang bertugas sebagai staf bagian taman.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com