Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat yang Lain Tiarap di Zaman Orba, Kiai Mahfudz Bela Korban Kedungombo...

Kompas.com - 30/05/2017, 06:42 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Tanah kuburan Mustasyar PBNU KH Mahfudz Ridwan masih merah. Diiringi tangis dan doa ribuan umat, ia dikebumikan di pemakaman keluarga di Kompleks Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin (29/5/2017) siang menjelang sore.

Di antara pelayat, terlihat KH Muhammad Yusuf Chudlori (43). Budayawan sekaligus ulama yang kini menjadi pengasuh Ponpes Asrama Pendidikan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, tempat presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menempa ilmu di waktu mudanya.

Menurut Gus Yusuf, panggilan KH Muhammad Yusuf Chudlori, tidak berlebihan jika Kiai Mahfudz disebut sebagai Gus Dur-nya Jawa Tengah. Pertama dari sisi keilmuan, ia pernah bersama-sama dengan Gus Dur saat menimba ilmu di Bagdad (Irak) dan Mesir.

(Baca juga: Menaker Sebut Kiai Mahfudz, Gus Dur-nya Jawa Tengah)

 

Kedua, dari sisi keteladanan. Kiai Mahfudz adalah sosok kiai yang telaten dalam membimbing dan memberdayakan umat. Ia menemani seluruh kelompok masyarakat sehingga menjadi teman, sahabat, dan pengayom mereka.

"Pak Mahfudz ini sosok kiai yang tidak punya jarak. Tidak punya batas dengan teman-teman gereja, teman-teman NGO, aktivis, LSM, dan dengan lingkungan (sekitar). Betul-betul egaliter," kata Gus Yusuf, Senin (29/5/2017).

(Baca juga: Wafatnya Kiai NU Ini Didoakan Umat Katolik dalam Perayaan Ekaristi)

 

"Saya sepakat kalau pak Mahfudz ini seperti dikatakan oleh pak Hanif Dhakiri (Menaker) sebagai Gus Dur-nya Jawa Tengah," lanjutnya.

Salah satu yang pernah dilakukan Kiai Mahfudz, menurut Gus Yusuf yang juga Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah ini adalah pembelaannya terhadap warga Kedungombo yang mengalami dehumanisasi oleh rezim orde baru.

Saat itu, warga mendapatkan intimidasi dari stigmatisasi sebagai komunis karena menolak digusur untuk Waduk Kedungombo. Mereka menolak dipindahkan karena kecilnya jumlah ganti rugi yang diberikan pemerintah.

"Waktu itu tahun 90an awal kalau tidak salah. Disaat yang lainnya pada tiarap, pak Mahfudz sudah berani datang ke Kedungombo langsung mengadvokasi. Ini kan luar biasa, makanya pak Mahfudz dekat dengan siapapun," ujarnya.

(Baca juga: Santri Kiai Mahfudz Pernah Sambut Dubes Inggris dengan Havenu Shalom)

 

Senada, aktivis muda NU pegiat "Kampoeng Indonesia Peduli", Samsul Ridwan mengatakan, kasus Kedungombo hanyalah salah satu dari sekian kasus yang menjadi perhatian Kiai Mahfudz.

Beberapa kasus lingkungan hidup, perburuhan, dan kasus pertanahanan juga beliau advokasi, baik langsung maupun melalui para santri-santrinya seperti dirinya.

"Secara khusus, saya juga pernah mendapat support beliau saat mengadvokasi kasus tanah dan lingkungan hidup di wilayah Jateng. Konsultasi terakhir kami selalu kepada beliau," kata Samsul, saat dihubungi pada Selasa (30/5/2017) dinihari.

(Baca juga: Santri Kiai Mahfudz Pernah Sambut Dubes Inggris dengan Havenu Shalom)

 

Pahun tahun 1993 hingga 1997, saat pemerintahan rezim orde baru itu, Samsul dan kawan-kawannya mengaku tengah menangani dan mengadvokasi lebih dari 10 kasus lingkungan hidup se-Jawah Tengah.

Tentu tidak mudah bagi para aktivis saat itu bergerak di tengah rezim yang represif. Namun kala itu Kiai Mahfudz sudah berani pasang badan bagi para aktivis.

"Saat Orba, saat gawat-gawatnya rezim, kami para aktivis lintas isu dan agama betul-betul mendapat perlindungan dari beliau. Kami ditampung, diberi ruang untuk diskusi, dilindungi dan di-support kehidupan kami," tuturnya.

Bagi Samsul yang dua kali duduk sebagai Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mendampingi Kak Seto ini, sosok Kiai Mahfudz telah mengajarkan banyak hal.

Di antaranya tentang kesederhanaan dan keberanian dalam berpihak pada kaum mustadhafiien (lemah), meskipun harus berhadapan dengan rezim penguasa "Beliau memberi teladan kehidupan, bukan ajaran lisan saja," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com