Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopi Flores "Tenggelam" di Negeri Sendiri

Kompas.com - 15/08/2016, 18:15 WIB

KOMPAS - Nama kopi Flores, Nusa Tenggara Timur, tenggelam di antara beragam jenis kopi lokal yang lebih dulu populer. Sekitar 70 persen produksi kopi asal pulau itu dijual ke luar daerah, bahkan diklaim sebagai kopi khas daerah pembeli. Padahal, di pasar internasional, kopi Flores termasuk yang paling dicari.

Ribuan ton pesanan datang dari sejumlah negara, mulai Amerika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Taiwan, hingga Jepang. AS pernah memesan hingga 1.000 ton kopi arabika Flores pada 2011. Namun, pesanan besar itu hanya bisa dipenuhi 10 persen.

Awal 2016, daftar tunggu pesanan yang masuk Asosiasi Petani Kopi Manggarai (Asnikom), asosiasi petani kopi yang melibatkan 1.200 petani di tiga kabupaten, yaitu Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat, sudah 24 ton. Pesanan melalui PT Indokom, relasi Asnikom, tersebut pun baru akan bisa dipenuhi hampir setengahnya. Calon importir perlu memesan setidaknya dua bulan sebelumnya agar tidak kehabisan.

Pada 2015, pesanan melalui Asnikom mencapai hampir 100 ton. Pesanan datang dari industri kopi di Taiwan dan Jerman serta sejumlah kafe di Jakarta, Bali, Batam, dan Surabaya. Kopi arabika Manggarai juga diundang mewakili Indonesia untuk berpameran di Boston.

Di Jerman, sejumlah kafe bahkan menyertakan profil kopi arabika Flores, lengkap dengan foto-foto petaninya. Hal itu melahirkan relasi baru antara pelanggan kafe dan petani yang berada di seberang lautan. "Bahkan, tahun ini sampai ada pelanggan kafe itu datang ke desa hanya untuk berkenalan dan ingin melihat kebun kopi kami," ujar Lodovikus Vadirman (40), Ketua Asnikom. Lodovikus adalah petani kopi di wilayah adat Colol, Manggarai Timur.

Meski populer di luar negeri, kopi Flores malah tenggelam di negeri sendiri. Dari total 7.269 ton produksi kopi Flores pada 2015, sebanyak 70 persen di antaranya masih dipasarkan kalangan tengkulak ke luar daerah. Di daerah tujuan, seperti Sumatera Utara, Aceh, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat, kopi Flores tidak dikenal. Kopi tersebut malah kehilangan identitas karena dijual dengan merek lain yang lebih laris di pasar-pasar lokal itu. Sebagian besar jenis yang dijual ke luar daerah adalah jenis robusta.

Padahal, di antara produk kopi lokal, kopi Flores nyaris tak dapat dibandingkan. Kondisi alamnya telah membentuk profil cita rasa kopi yang unik. Menyusuri sentra produksi kopi yang tersebar di enam kabupaten di pulau itu akan didapati hasil panen kopi yang memiliki keragaman yang mewakili kondisi geografisnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com