Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendak Melerai, Aco Justru Dikeroyok hingga Tewas

Kompas.com - 24/05/2016, 20:41 WIB
Dani Julius Zebua

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Abdul Said M Noor (21) warga Jalan Pembangunan, Gunung Sari, di Balikpapan, Kalimantan Timur  tewas karena melerai perselisihan orang yang tak dikenalnya di jalanan Balikpapan, Minggu (22/5/2016).

Aco, panggilan Said, dan temannya, Mahdi, (22) berniat melerai empat pemuda tanggung sedang berseteru dengan seorang anak.

Mahdi mengaku tak mengenal seorang pun di antara yang berselisih, tapi tetap mencoba melerai. Ujungnya, keduanya malah dikeroyok. Aco luka parah parah lalu tewas 12 jam kemudian di Rumah Sakit Tentara tempatnya di rawat.

“Luka di kepala bagian belakang, punggung sebelah kanan, tangan, dan robek di bagian pantat,” kata Mahdi, Selasa (24/5/2016).

Mahdi hendak mengantar Aco pulang ke rumahnya Minggu dini hari. Aco tinggal bersama Novianti, istrinya, dan Syahdan, putranya yang baru 2 tahun. Rumah Aco berada di atas bukit, jauh dari jalan raya. Mereka berniat memotong jalan lewat gang di Jalan Ahmad Yani agar cepat tiba di rumah Aco.

Saat hendak masuk gang, mereka menyaksikan tiga pemuda dan seorang remaja terlibat perselisihan dengan seorang remaja lain yang berkendara motor. Mahdi mengaku tak mengenal seorang pun di antara mereka. Meski tak kenal, Aco dan Mahdi malah menghentikan motor, turun, dan melerai.

Mahdi mengaku bahwa dirinya dan Aco memang habis menenggak minuman beralkohol. Ia meyakini, minuman itu tidak berpengaruh pada diri mereka, termasuk ketika memberanikan diri untuk melerai orang bertikai di jalan raya.

Aco dan Mahdi mengaku terpancing emosinya karena setiap pertanyaan mereka malah dijawab dengan nada kasar. Baku pukul pun tak terhindar. “Saya lari mencari kayu begitu ada yang mencabut pisau,” kata Mahdi.

Aco tertinggal. Ia jadi bulan-bulanan keempatnya. “Justru anak yang pertama yang berselisih dengan mereka itu diam saja menyaksikan Aco dihakimi,” kata Mahdi.

Sekembalinya Mahdi, ia melihat Aco sudah bersimbah darah. Ia berupaya melarikan Aco ke rumah sakit terdekat. Sayangnya, kunci motor mereka ternyata tak ada. Diduga, kunci motor sudah dicabut para pengeroyok.  “Kami minta tolong motor yang lewat tak bisa. Tak ada yang mau berhenti menolong karena melihat darah sebanyak itu,” kata Mahdi.

Mahdi akhirnya mengambil motor di rumahnya, tak jauh dari tempat kejadian itu. Ia segera melarikan Aco ke RS Tentara. Perawatan 12 jam, Aco akhirnya tewas di rumah sakit. “Kata dokter, Aco mati karena limpa pecah, bukan akibat benda tajam. Menurut dokter, luka sajam bisa tertangani. Tapi tidak dengan luka dalam. Kemungkinan karena diinjak atau ditendang,” kata Masriah, ibu dari Aco.

Sementara itu,Kepala Urusan Humas Polres Balikpapan, Inspektur Satu Suharto, mengatakan, pihaknya telah menahan empat pelaku pengeroyokan pada Aco. Mereka adalah ES (21) seorang mahasiswa di Universitas Balikpapan, AI (21) pemuda pengangguran, MV (18) baru saja lulus SMK, dan R (15) remaja yang mengaku putus sekolah sejak umur 9 tahun. Keempatnya ditangkap di tempat berbeda.

Suharto mengatakan, persoalan berawal dari ES yang tersinggung karena diserempet motor oleh orang tak dikenal. Ia memanggil AI dkk untuk ikut mencari si penyerempet.

Setelah berkeliling mencari, mereka mendapati seorang warga yang motornya mirip si penyerempet. Tanpa ba bi bu, mereka berupaya menghakimi si pemilik motor yang ternyata seorang remaja. “Motornya mirip, orangnya beda,” kata Suharto.

Saat itulah Aco dan Mahdi datang mencoba untuk melerai. Namun R mengaku marah karena lebih dulu dipukul Aco. Dia mencabut pisau yang biasa yang dibawanya, lantas menusuk Aco. Sementara yang lain memukul, menendang, bahkan membacok dengan parang.

“Saya duluan dipukul. Saya lihat darah di tangan saya dari muka saya ini,” kata R.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com